REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menuding dirinya dijebak biografinya muncul dalam soal ujian nasional (UN) bahasa Indonesia tingkat SMA dan sederajat di Jawa Tengah. Ia berpendapat ada orang yang sedang menjatuhkan dirinya.
“Sudah jelas siapa yang menjebak. Ada orang yang ingin bangun persepsi negatif, kelihatan sekali,” kata dia di Balai Kota, Jakarta, Selasa (15/4).
Bakal calon presiden dari PDI Perjuangan itu menyatakan, ada pihak yang berusaha menggiring opini masyarakat jika soal tersebut ia sendiri yang membuatnya.
Dengan begitu, masyarakat akan menganggap ia telah melakukan kampanye terselubung. “Jangan sampai pertanyaan UN itu hanya dipakai untuk menjelekkan Jokowi dengan memersepsikan bahwa itu yang membuat saya,” tutur gubernur yang akrab disapa Jokowi itu.
Jokowi menuding soal UN tersebut sengaja dibuat orang yang tidak suka dengannya. Karena tidak menemukan kesalahan yang bisa dijadikan alat untuk menyerangnya, soal UN berisi biografi Jokowi pun dimunculkan.
Pria kelahiran Surakarta, Jawa Tengah, 52 tahun silam, itu menyatakan akan mengusut kasus tersebut. Sebab, Jokowi menegaskan ia enggan berpangku tangan terus-menerus diserang.
“Kalau yang seperti itu tidak diurus nanti orang berpikir, ah Jokowi diserang saja sabar kok,” ucap mantan wali kota Solo tersebut. Jokowi juga membantah jika melakukan kampanye terselubung melalui soal UN tersebut.
Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh mengatakan, pihaknya akan segera melakukan pengecekan terhadap hal itu. “Saya sudah meminta agar soal tersebut diinvestigasi, mengapa kasus semacam itu bisa muncul,” kata Nuh.
Nuh menjelaskan, investigasi yang dilakukan menyangkut bagaimana soal semacam itu bisa muncul, di mana saja soal itu beredar, pada tipe soal yang ke berapa, dan regional mana soal itu ada. “Selain itu, juga diinvestigasi kisi-kisi dan tim penyusun soalnya,” ujar dia.
Semua soal, kata Nuh, tidak disusun dalam waktu singkat. “Minimal enam bulan sebelum soal UN sudah ada, tidak jadi dalam waktu singkat.”
Pengamat pendidikan Asep Syafaat mengatakan, kasus tersebut harus diusut tuntas. “Waduh, soal macam itu tidak sesuai dengan kebutuhan anak-anak,” kata Asep Syafaat saat dihubungi ROL, Senin (14/4).
Pengusutan tersebut lantaran UN sudah disiapkan sedemikian rupa, bahkan hingga dapat pengawalan luar biasa. Tapi, nyatanya muncul soal seperti itu. “Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) harus lebih ketat mengawasi soal macam itu. Kasihan anak-anak,” kata dia.
Ia menyesalkan jika soal UN disisipi hal-hal berbau politik praktis. Sementara, anak-anak berjuang keras hingga menggelar istigasah agar bisa melaksanakan UN dengan baik. “Sekali lagi, kasihan anak-anak,” kata dia.
UN tingkat SMA/SMK/MA digelar pada Senin (14/4) hingga Rabu (16/4). Mata pelajaran yang diujikan pada hari pertama adalah bahasa Indonesia dan biologi untuk IPA dan geografi untuk IPS.