REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI Jenderal Moeldoko menegaskan tak meminta maaf kepada Singapura terkait penamaan Usman-Harun untuk kapal perang yang dibeli Indonesia.
Ia menekankan, penamaan kapal tersebut adalah keputusan final yang tidak dapat diubah. “Mohon maaf untuk penamaan Usman-Harun adalah sikap kami yang final. Itu maksudnya. Bukan minta maaf,” katanya saat ditemui di kantor presiden, Jakarta, Kamis (17/4).
Ia mengatakan, pernyataannya telah disalahartikan oleh media asing yang mewawancarainya. Celakanya, pernyataan tersebut dikutip oleh beberapa media asing lainnya. Dengan kata lain, ia menyakini pernyataanya tidak dikutip secara utuh dan benar.
“Kalau urusan melintir itu biasa wartawan. Gak ada itu mohon maaf. Maksudnya mohon maaf karena penamaan kapal Usman-Harun adalah keputusan kami yang sudah final,” katanya.
Sebelumnya, Singapura protes ke pemerintah Indonesia karena menamakan kapal perangnya dengan nama Usman-Harun. Bagi Singapura, kedua orang tersebut telah menorehkan sejarah buruk karena meledakan McDonal House di Singapura pada 1965.
Peristiwa itu mengakibatkan tiga orang tewas dan 33 orang lainnya terluka.Tindakan Usman-Harun dalam operasi Dwikora itu berbuah hukuman mati bagi keduanya di Singapura.
Di Tanah Aiir, keduanya dihormati sebagai pahlawan. Presiden RI kedua Soeharto pun memakamkan mereka di Taman Makam Pahlawan Kalibata dan diberikan gelar pahlawan nasional.