Sabtu 19 Apr 2014 21:01 WIB

Hasil Ujicoba Vaksin Kanker Melanoma di Adelaide Menjanjikan

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, ADELAIDE -- Tim peneliti di Adelaide mengklaim telah berhasil memgembangkan vaksin untuk mencegah kanker kulit atau melanoma. Penyakit yang membunuh sekitar 1.500 warga Australia setiap tahunnya

Selama 14 tahun terakhir, seorang pakar penyakit kanker dari Universitas Adelaide, Brendon Coventry  dan Yayasan Melanoma Australia telah mengembangkan vaksin melanoma  atau kanker kulit.

Uji coba ini melibatkan 54 pasien dengan kasus Melanoma menengah. Para pasien ini diberikan suntikan vaksin dalam beberapa tahapan. Di awal terapi pasien diberikan suntikan vaksin setiap dua minggu, lalu kemudian suntikan diberikan setiap bulan dan akhirnya hanya sebanyak dua kali dalam setahun.

Dr. Coventry mengatakan kunci dari vaksin yang dikembangkannya adalah dengan memberikan dosis vaksin yang berulang dan dalam jangka panjang.

"Dari hasil ujicoba sejauh ini terlihat kalau vaksin ini bisa berhasil memodulasi atau memodifikasi sistem kekebalan tubuh pasien kanker untuk menghasilkan kelangsungan hidup jangka panjang dengan cara menghilangkan secara keseluruhan tumor di tubuhnya sekitar 17 persen kasus,” katanya, belum lama ini.

"Ini merupakan satu dari sedikit penelitian yang mampu mendapatkan keberhasilan diatas 15% untuk menghilangkan kasus melanoma tingkat lanjut,” ungkapnya bangga.

"Banyak penelitian lain yang menggunakan rejimen yang sangat kompleks  sekaligus rejimen yang sangat beracun. Sementara Vaksin ini memiliki kandungan rejimen yang sangat sedikit dan tidak memiliki efek samping sama sekali, meski mungkin aka nada bercak kemerahan tapi tidak ada laporan keluhan efek samping lain,”

Dr. Coventry mengatakan uji coba ini membantu para peneliti memahami bagaimana sistem kekebalan tubuh pasien dapat dimanipulasi untuk melawan kanker.

Dia mengatakan langkah berikutnya adalah untuk melihat apa yang terjadi pada sistem kekebalan tubuh setelah vaksin diberikan.

"Sistem kekebalan tubuh bekerja dengan cara yang tampaknya seperti mekanisme On – Off secara terus-menerus dan sekarang apa yang kita coba lakukan adalah kita hendak melihat apakah kita dapat mengidentifikasi periode atau fase dalam siklus ON- Off itu dimana kita bisa menargetkan vaksin bisa menjadi lebih efektif dan mungkin bahkan bisa memberikan respon diatas 17 persen, "katanya.

Dr Coventry mengatakan keberhasilan dalam ujicoba vaksini ni bisa digunakan sebagai dasar untuk mengobati kanker lainnya.

Sementara itu Barry Foote berusia 50 tahun, salah satu pasien kanker Melanoma yang dilibatkan dalam ujicoba vaksin ini mengaku setelah mendapatkan vaksin jumlah tumor di kulitnya banyak berkurang.

"Saya sedikit khawatir awalnya, tapi kemudian saya menyadari kalau sejumlah tumor di tubuh saya mulai menghilang dan saya sangat senang,” kata Foote.

Foote berusia 50 tahun ketika didiagnosa menderita melanoma agresif dan diperkirakan hanya bertahan hidup satu tahun lalu.

"Dokter mengatakan saya tidak mungkin bertahan hidup 12 bulan lagi, tapi 14 tahun kemudian saya masih hidup,” katanya.

Sensasi rasa seperti terbakar menjadi hal yang dikeluhkan selama mendapatkan pengobaran tersebut.

"Dr. Coventry mengatakan jika vaksin ini bekerja maka saya akan merasakan sedikit nyeri dibagian tumbuhnya tumor dan memang saya rasakan itu tapi saya cukup senang karena saya tahu kalau vaksin itu tengah bekerja.” tuturnya.

Di Australia  dilaporkan ada 12 ribu kasus Melanoma baru setiap tahunnya. Hasil penelitian terbaru ini telah dipublikasikan dalam Journal of Cancer untuk imunoterapi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement