REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Golkar menilai, pengelompokan berdasarkan ideologi agama merupakan sebuah kemunduran politik. "Kita dapat belajar dari pengalaman masa lalu saat ada poros tengah," kata Wasekjen Partai Golkar, Nurul Arifin, Jumat (18/4).
Menurutnya, nasib koalisi poros tengah yang berdasarkan ideologi agama juga ternyata tidak solid dan berkelanjutan. Karena, pola pikir lebih bersifat pragmatis semata.
Karenanya, kata dia, jika koalisi berdasarkan ideologi agama kembali digulirkan maka kemungkinan besar akan bernasib sama seperti poros tengah. "Apalagi situasi saat ini, masyarakat sudah cerdas," ujar anggota Komisi II DPR tersebut.
Nurul menambahkan, ide tentang pembuatan kubu berbasis ideologi agama harus dikaji ulang. Karena semangat itu hanya menjadi kemunduran berpolitik.
"Saya berharap kita semua berbesar hati dan tidak menjebak diri dalam polarisasi partai Islam dan nasionalis. Tapi berpikir untuk kemajuan bersama bangsa Indonesia," ungkap dia.
Kamis (17/4) malam, beberapa tokoh partai dan ormas Islam menggelar pertemuan di Cikini, Jakarta. Pada pertemuan itu, mereka mencoba menyamakan persepsi partai dan tokoh Islam.
Beberapa kalangan berharap, pertemuan itu dapat menjadi cikal bakal terbentuknya koalisi partai Islam. Khususnya dalam menghadapi pilpres mendatang.