REPUBLIKA.CO.ID, KIEV - Mayoritas penduduk Ukraina timur yang bermukim di Donetsk melakukan aksi protes terhadap Rusia. Para warga di Ukraina timur tidak ingin bergabung dengan Rusia dan menganggap pemerintah di Kiev tidak sah.
Dalam jajak pendapat yang dilakukan Sabtu (19/4) menyebutkan sebanyak 52,2 persen penduduk yang bermukim di wilayah Ukraina timur tersebut mengatakan mereka menolak bergabung dengan Rusia. Sementara 27,5 persen menginginkan diperintah Moskow.
"Di antara 3.200 responden di seluruh Ukraira timur yang penduduknya berbahasa Rusia jumlah mereka yang menolak bergabung dengan Moskow meningkat menjadi 69,7 persen," demikian hasil jajak pendapat dari Kievs Institute for International Sociology yang disiarkan dalam surat kabar Weekly Mirror berbahasa Rusia.
Di daerah Donetsk, di mana para separatis mengumumkan satu republik merdeka dan menuntut diselenggarakan satu referendum mengenai otonomi menuntut Ukraina yang federalis, dan 41 persen mengatakan mereka menginginkan desentralisasi kekuasaan.
Penduduk di wilayah timur tetap sangat curiga pada para penguasa sementara Kiev, yang mengambil kekuasaan dari presiden Viktor Yanukovych yang pro-Moskow setelah ia digulingkan Februari seusai protes-protes berdarah. Sekitar 74 persen responden mengatakan mereka menganggap penjabat Presiden Oleksandr Turchynov tidak sah.
Rusia mengatakan pihaknya punya hak untuk melakukan intervensi militer di Ukraina untuk melindungi penduduk yang berbahasa Rusia dan membantah tuduhan-tuduhan Barat bahwa Moskow berada di belakang aksi kekerasan separatis.
Hasil jajak pendapat tersebut juga menyebutkan 57,2 persen dari mereka yang ditanya di Donetsk mengatakan hak mereka tidak dilanggar dan 66,3 persen mengataan mereak menentang intervensi militer Rusia.