REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS-- Para aktivis di Suriah mengklaim, pasukan pemerintah menggunakan gas klorin dalam serangan terhadap sebuah desa dekat kota Hama. Dari video amatir yang dibuat aktivis terlihat, puluhan warga di desa Kafr Zeta berjuang untuk bernapas demi manghindari zat beracun, pada Jumat (18/4).
Rekaman lain yang diunggah secara online menunjukkan, sebuah tabung meledak. Diduga tabung mengandung gas klorin. Namun hingga saat ini, Al Jazeera tidak dapat secara independen memverifikasi video tersebut.
Pemberontak dan pemerintah selama ini saling menyalahkan, terkait serangan ketiga yang diduga menggunakan gas di negara itu dalam seminggu terakhir. Gas klorin digunakan secara ekstensif dalam Perang Dunia I. Gas tersebut menyerang selaput lendir dan dapat membunuh pasukan dalam jumlah besar.
Presiden Bashar al-Assad telah berulang kali dituduh menggunakan senjata kimia selama perang di Suriah. Serangan yang dikenal paling mematikan terjadi di wilayah yang dikuasai pemberontak di timur Ghouta, tahun lalu. Serangan menyebabkan kematian ratusan orang.
PBB menemukan bukti kuat penggunaan sarin dalam serangan itu, tetapi tidak mengatakan siapa dalang di baliknya. Serangan memicu kecaman luas. Pemerintah Suriah, di bawah tekanan internasional kala itu, setuju untuk menyerahkan persediaan senjata kimia yang mereka miliki.
Kepala tim internasional selama ini mengawasi proses perlucutan senjata kimia Suriah. Mereka mengatakan Suriah telah menghancurkan sekitar 80 persen dari material senjata kimia. Koordinator khusus misi gabungan PBB dan Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), Sigrid Kaag, mengatakan jika momentum dipertahankan Suriah harus dapat memenuhi batas waktu 27 April untuk menyerahkan semua persediaan bahan kimianya.
"Pembaruan diperlukan sebagai gerakan positif dan untuk memastikan kemajuan menuju tenggat waktu pemusnahan yang kian dekat," kata Kaag.