REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Lahan kritis yang terdapat di Kabupaten Sukabumi masih cukup banyak. Dari data terakhir lahan kritis mencapai sebanyak 40 ribu hektare.
''Lahan kritis sebagian besar merupakan bekas perkebunan teh,'' ujar Sekretaris Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Sukabumi, Nandang Hidayat, Senin (21/4). Hal ini disampaikannya di sela-sela acara workshop para pihak mengenai kelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat melalui partisipasi stakeholder di Pendopo Kabupaten Sukabumi.
Areal perkebunan teh tersebut lanjut Nandang terlantar karena dibiarkan oleh pemiliknya yang kebanyakan di Jakarta. Pemkab saat ini berupaya agar lahan itu kembali hijau.
Setiap tahunnya kata Nandang, pemkab mengupayakan penghijauan lahan kritis seluas dua ribu hingga lima ribu hektare. Sehingga jumlah lahan kritis ini berkurang dibandingkan sebelumnya.
Menurut Nandang, lokasi lahan kritis berada di sejumlah titiik yang tersebar di 47 kecamatan. Khususnya, wilayah yang terdapat perkebunan besar.
Nandang mengungkapkan, permasalahan lahan kritis ini harus mendapatkan perhatian semua pihak. Termasuk, kepedulian dari pemilik perkebunan agar menjaga lahannya agar tetap hijau.
Selama ini kata Nandang, upaya penghijauan mendapatkan bantuan dari pihak ketiga hanya berupa bibit pohon. '' Tidak ada yang dalam bentuk uang tunai,'' cetus dia.
Asisten Daerah (Asda) Bidang Pembangunan Setda Pemkab Sukabumi Dana Budiman menambahkan, pemkab sudah maksimal menghijaukan kembali lahan kritis. Targetnya, pada beberapa tahun mendatang Kabupaten Sukabumi terbebas dari permasalahan itu. Diterangkan Dana, lahan kritis sebagian terdapat di wilayah selatan Sukabumi. Sementara sisanya berada di utara Sukabumi.