Selasa 22 Apr 2014 09:35 WIB

KH A Latief Muchtar, Dari Persis untuk Umat (1)

KH A Latief Muchtar.
Foto: Blogspot.com
KH A Latief Muchtar.

Oleh: Rosita Budi Suryaningsih

Di bawah kemimpinannya, Persis menjadi organisasi yang mengaktualisasikan keluhuran nilai-nilai Islam.

Jejak langkah KH A Latief Muchtar menorehkan sejarah pembaruan dalam dalam perkembangan organisasi massa, Persatuan Islam (Persis). Di bawah kepemimpinannya selama 14 tahun, Persis menjadi lembaga yang “membumikan” nilai-nilai universitas Islam.

Pada masa kepemimpinan tokoh kelahiran Garut 7 Januari 1931 ini, Persis berjuang menyesuaikan diri dengan kebutuhan umat pada masanya yang lebih realistis dan kritis.

Dakwah Persis tidak lagi mencari kepuasan, tetapi mencari kejelasan. Artinya, dakwah harus disajikan secara argumentatif, baik dilihat secara nash berdasarkan Alquran dan hadis, maupun secara akal.

Namun, dalam hal fikih ibadah, pendirian Persis tetap tak pernah berubah, sampai sekarang Persis berpendirian tegas, namun dengan pendekatan yang lebih luwes. Strategi dakwahnya bersifat cenderung mengajak dan bukan mengejek.

Dalam bidang ekonomi, ia menitikberatkan pada pemberdayaan umat Islam dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan umat sekaligus menghindari umat Islam dalam praktik bisnis dan dunia perbankan yang masih menggunakan sistem bunga konvensional.

Menurut putra dari H Muchtar dan Hj Memeh itu, masalah perbankan sesungguhnya tidak terlepas dari persoalan hukum yang terikat dengan kebutuhan dan perekonomian umat. Ia kemudian merintis pendirian Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Amanah Robbaniah, sebuah bentuk Bank Islam tanpa bunga.

Di bidang dakwah, tokoh yang pernah menjabat sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin (STIU) Persis itu memberikan warna baru dalam dinamika peta dakwah di Indonesia.

Persis di bawah kepemimpinannya tidak lagi tampil seperti gebrakan keras. Ia mengubah metode dakwahnya melalui pendekatan persuasif edukatif. Persis tidak lagi garang dan menantang seperti masa dulunya dalam menghadapi persoalan.

Bekal agama

Torehan prestasi ini tak terlepas dari atmosfer dan bekal agama yang mendarah daging dalam pribadi sang tokoh. Latief kecil besar di lingkungan keluarga yang agamis.  Bekal agama ia peroleh dari kedua orang tuanya.

Ia juga menimba ilmu di Lembaga Pendidikan Islam (Pendis) Persis di bawah binaan Muhammad Natsir. Lantas melanjutkan ke pesantren Persis setingkat ibtidaiyah, tsanawiyah, hingga mualimin. Ia juga menempuh sekolah rangkap ketika di mualimin, juga di MAN 3 Bandung. Pendidikan ini membekas kelak di kehidupan sang tokoh.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement