Selasa 22 Apr 2014 10:51 WIB

Bosnia dan Herzegovina Belajar Pluralisme dari Indonesia (1)

Suasana di Kota Sarajevo, Bosnia
Foto: guardian
Suasana di Kota Sarajevo, Bosnia

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Wakil Menteri Luar Negeri untuk Urusan Kerjasama Bilateral Bosnia dan Herzegovina, Amer Kapetanovic, menyatakan keinginan negaranya untuk belajar tentang pengelolaan pluralisme dari Indonesia.

"Keinginan Bosnia dan Herzegovina itu diungkapkan Amer Kapetanovic saat menerima Delegasi Lintas Agama (Interfaith) Indonesia yang dipimpin Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama Indonesia Prof Dr Abdul Djamil," kata Kasi Budaya, Direktorat Diplomasi Publik, Kemenlu RI, Purno Widodo kepada Antara London, Selasa.

Amer Kapetanovic menilai Dialog Lintas Agama (DLA) merupakan hal penting untuk dilakukan guna mengelola berbagai kepercayaan yang ada dan Indonesia harus mengajari dunia bagaimana menangani pluralisme budaya dan agama.

"Kami sungguh ingin belajar dari Indonesia," ungkap Amer Kapetanovic saat menerima Delegasi Lintas Agama (Interfaith) Indonesia yang diantar Dubes RI untuk Bosnia dan Herzegovina, Subijaksono Sujono.

Menurut Dubes RI untuk Bosnia dan Herzegovina, Subijaksono Sujono, Indonesia selalu siap bertukar pengalaman dengan Bosnia dan Herzegovina dalam mengelola kemajemukan, terutama kemajemukan budaya dan agama.

"Agama merupakan salah satu aset penting yang menjadi perhatian Pemerintah Indonesia walaupun Negara Indonesia bukan Negara Agama, dan tujuan kedatangan Delegasi Interfaith Indonesia ke Bosnia dan Herzegovina salah satunya adalah untuk berbagi pengalaman bagaimana Indonesia menangani kemajemukan yang ada," ujar Dubes Sujono.

Hal lain yang menjadi perhatian Wamenlu Kapetanovic adalah bagaimana Indonesia memberikan kebijakan hari libur pada hari-hari besar agama.

Hal yang dilakukan Pemerintah Bosnia dan Herzegovina adalah memberikan hari libur saat ada perayaan hari besar agama kepada pemeluk agama saja. Libur tidak diberikan kepada pemeluk agama lain yang tidak merayakannya.

Sementara itu, Ketua Delegasi RI Prof Djamil menyatakan Pemerintah Indonesia memberikan kebijakan libur nasional untuk perayaan hari-hari besar keagamaan sehingga seluruh masyarakat dapat merayakannya, bukan hanya pemeluknya.

Djamil menjelaskan, Pemerintah Indonesia bahkan memberikan hari libur nasional saat Hari Raya Imlek datang, walaupun penganut Konfusiunisme di Indonesia hanya sebanyak 0,5 persen dari jumlah penduduk.

''Kebijakan libur nasional membuat pemeluk agama yang merayakan hari raya keagamaan merasa dihormati dan dihargai pemerintah dan pemeluk agama lain," katanya.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement