REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- 'Sinyal' atau panggilan darurat pertama dari tenggelamnya kapal ferry di perairan Korea Selatan (Korsel) datang dari seorang pelajar laki-laki yang juga merupakan penumpang.
Permohonan pertolongan itu ia sampaikan di rentang waktu tiga menit sebelum ferry itu menentukan status akhirnya, dan tenggelam. Pelajar laki-laki yang memiliki nama keluarga Choi itu menyampaikan permohonan pertolongan kepada petugas dengan suara yang lirih.
Dikutip dari Reuters, Selasa (22/4), awalnya pelajar tersebut menelopon bantuan darurat 119, yang menyambungkannya pada layanan pemadam kebakaran. Kemudian, dua menit sesudahnya disambungkan kepada penjaga pantai.
Kepada Reuters, petugas pemadam kebakaran mengatakan telepon pertama Choi dengan suaranya yang gemetar itu, seusainya diikuti oleh 20 telepon darurat lainnya yang dilakukan pelajar lain yang berada dalam ferry.
Kemudian kepada MBC TV, petugas pemadam kebakaran yang menerima telepon pertama dari Choi itu, menjabarkan runutan percakapan mereka dalam sambungan. Petugas mengatakan suara anak laki-laki itu terdengar sangat mendesak.
Saat menerima telepon darurat itu, petugas pun butuh waktu beberapa saat untuk kemudian mengidentifikasi bahwa kapal Sewol sedang dalam masalah.
''Selamatkan kami! Kami berada dalam kapal dan saya pikir ini tenggelam,'' kata Choi seperti dikutip dari kantor berita Yonhap.
Lalu sang petugas pemadam kebakaran tersebut meminta pelajar yang ketakutan ini untuk memberikan teleponnya kepada kapten kapal. Choi menjawab: ''Apa. Maksudmu guru,'' tanyanya. Dalam bahasa Korea, pengucapan kata untuk 'guru' dan 'kapten', mirip.
Adapun Choi merupakan salah satu penumpang hilang. Hingga kini ratusan penumpang Sewol yang tenggelam Rabu (16/4) itu masih dinyatakan hilang. Dari sebanyak 476 penumpang dilaporkan hanya 174 orang yang berhasil diselamatkan. Data terakhir jumlah korban tewas para penumpang Sewol mencapai 104 orang.