Rabu 23 Apr 2014 10:11 WIB

Hukum Transplantasi Organ (3-habis)

Transplantasi organ.
Foto: Reuters
Transplantasi organ.

Oleh: Ferry Kisihandi/Nashih Nashrullah     

Menurut Abul Fadl Mohsin Ebrahim, ulama yang membolehkan organ dari non-Muslim, menetapkan ketentuan.

Organ yang dibutuhkan tidak dapat diperoleh dari tubuh seorang Muslim. Ketentuan lainnya, nyawa seorang Muslim bisa melayang bila transplantasi tak segera dikerjakan.

Guna menghindari organ dari non-Muslim, para ahli fikih sepakat mendorong seorang Muslim mendonorkan organ tubuhnya untuk dicangkok ke tubuh Muslim.

Ini bisa diwakili oleh salah seorang atau beberapa Muslim, dengan demikian mereka memutuskan hal itu sebagai fardhu kifayah.

Di sisi lain, ada juga kalangan yang menentang praktik transplantasi. Mereka adalah Mufti Muhammad Syafi dari Pakistan dan Dr Abd al-Salam al-Syukri dari Mesir.

Syafi berpandangan tak bolehnya transplantasi karena tiga prinsip, yaitu kesucian hidup atau tubuh manusia, tubuh manusia adalah amanat, dan transplantasi ia yakini sebagai perbuatan memperlakukan tubuh manusia sebagai benda material.

Menurut dia, segala agresi bukan hanya nyawa tetapi juga organ tubuh adalah tindak kejahatan.

Rujukan Syafi adalah hadis riwayat Abu Daud yang menegaskan mematahkan tulang mayat seseorang adalah sama berdosa dan melanggarnya dengan mematahkan tulang orang itu saat masih hidup. “Bagaimana mungkin membedah tubuh orang lain dan mengambil organnya?” ujarnya.

Mereka yang menentang juga menyatakan Allah telah melengkapi manusia dengan segala apa yang dibutuh kannya termasuk organ tubuh. Dengan demikian, manusia tak berhak mendonorkan organ tubuhnya untuk ditransplantasikan sebab itu bukan miliknya melainkan titipan Tuhan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement