REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN -- Sebagian besar ladang produksi minyak dan gas (migas) sudah berusia tua. Fakta ini turut andil dalam penurunan produksi migas Indonesia.
Vice President External Relations & General Counsel Total E&P Indonesie, Nurman Djumiril mengatakan jalan keluar masalah tersebut hanyalah eksplorasi. Namun, dalam perjalanannya eksplorasi itu tersendat-sendat.
"Kalau eksplorasi diganggu, ya semakin lama menemukan ladang baru," kata dia di Balikpapan, Rabu (22/4).
Menurut dia, tantangan ke depan terkait eksloprasi migas tidaklah mudah. Masa-masa menemukan ladang migas demikian mudah sudah lewat.
Artinya, eksplorasi yang akan dilakukan semakin mendalam dalam pengertian tidak seperti menemukan ladang migas yang sudah ada. Ini yang menyebabkan adanya peningkatan biaya dan resiko.
Sementara, lanjut dia, mengandalkan ladang yang sudah ada akan sulit dilakukan pengembangan. "Kalau tidak ada pengganti, kita hanya menghabiskan apa yang ada. Ini akan memicu krisis energi," kata dia.