Jumat 25 Apr 2014 23:12 WIB

NTT Kekurangan Rumah Kelas Menengah ke Bawah

Red: Julkifli Marbun
Perumahan, ilustrasi
Perumahan, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Nusa Tengara Timur hingga triwulan pertama 2014, masih kekurangan sekitar satu juta unit untuk segmen kelas menengah ke bawah, sehingga perlu perhatian dan dukungan pemerintah setempat.

Kondisi kekurangan tersebut dikaitkan dengan daya beli masyarakat yang lebih memilih rumah murah, ketimbang rumah yang telah disiapkan sejumlah pengembang yang jauh dari minat masyarakat setempat," kata Ketua DPD REI Nusa Tenggara Timur, Boby Liyanto di Kupang, Jumat.

"Kenyataan tersebut bukan saja terjadi di Kota Kupang tetapi menyebar di semua kabupaten di NTT yang masih membutuhkan fasilitas perumahan murah dengan jumlah cukup banyak," katanya.

Dia menjelaskan dalam 10 tahun terakhir di NTT telah hadir sekitar sembilan daerah otonom baru yang tentunya ikut mendorong pertumbuhan kebutuhan rumah di daerah baru tersebut.

Menurut dia, 26 pengembang di NTT tentunya belum bisa memenuhi semua kebutuhan rumah di daerah ini karena dikaitkan dengan kemampuan daya beli masyarakat.

Sementara kata dia, pengembang baru mampu membangun 2.000 rumah setiap tahun. "Dengan kemampuan membangun seperti itu, butuh waktu berapa lama atau berapa puluh tahun untuk bisa memenuhi kebutuhan rumah di NTT," ujarnya.

Dia mengakui, kredit properti di NTT 80 persen ditangani oleh Bank BTN. sisanya 20 persen ditangani oleh Bank NTT dan bank pemerintah lain seperti Bank Mandiri, BRI dan BNI 46.

Dia berharap, pemerintah bisa membantu Bank BTN dengan suntikan dana agar kapasitas bank itu menjadi besar sama seperti bank lain bukan memberikan peluang bank tersebut diakuisisi bank lain, karena Indonesia masih membutuhkan bank yang konsern dengan bidang properti.

Karena DPD Real Estat Indonesia Nusa Tenggara Timur mendukung keputusan pemerintah yang membatalkan rencana akuisisi Bank BTN oleh Bank Mandiri.

"Sejak semula REI seluruh Indonesia dengan tegas rencana tersebut karena Bank BTN telah berperan penting dalam mendukung pembangunan sektor perumahan di negeri ini," katanya.

Menurutnya, anggota REI adalah kelompok sangat menentang rencana pemerintah tersebut karena anggota REI adalah mayoritas nasabah yang memanfaatkan fasilitas Bank BTN.

"sejak hadir di Indonesia Bank BTN berkonsentrasi melayani kredit perumahan khususnya perumahan murah. Tidak heran jika Bank BTN identik dengan bank perumahan," katanya.

Jadi REI berpendapat keputusan pemerintah untuk membatalkan akuisisi Bank BTN sangat tepat, sebab, jika itu sampai terjadi REI sudah berencana untuk mendirikan bank sendiri yang berkonsentrasi pada pembangunan perumahan kelas menengah ke bawah.

Dia menuturkan, jika Bank Mandiri hendak mengakuisisi Bank BTN jangan menggunakan dana pemerintah. Bagusnya, pemerintah memberikan tambahan dana untuk Bank BTN sehingga kapasitas menjadi besar seperti bank lain.

Dia mengakui, selama ini Bank Mandiri juga membiayai kredit perumahan namun khususnya untuk kelas menengah ke atas, yang jumlahnya sangat terbatas.

Sebaliknya jika jadi diakuisisi, kebijakan kredit perumahan tentu sangat tergantung pada kebijakan Bank Mandiri.

"Ini tidak sehat untuk para pengembang di seluruh Indonesia," imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement