Sabtu 26 Apr 2014 11:04 WIB

Hamas-PLO Bersatu, Perdana Menteri Palestina Mundur

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: A.Syalaby Ichsan
palestinian Prime Minister Rami Hamdallah is scheduled to deliver opening remark CEAPAD II in Jakarta on March, 1, 2014.
Foto: Livemint.com
palestinian Prime Minister Rami Hamdallah is scheduled to deliver opening remark CEAPAD II in Jakarta on March, 1, 2014.

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Setelah Presiden Mahmoud Abbas dan Hamas sepakat membentuk persatuan pemerintahan, Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah pun menawarkan untuk mengundurkan diri. Langkah ini dinilai dapat membuka jalan bagi pemerintah untuk bersatu.

Aljazirah melaporkan, tawaran Hamdallah ini dilayangkan pada Jumat sehari setelah Israel menangguhkan pembicaraan perdamaian dengan Palestina yang diupayakan oleh Amerika Serikat sebagai bentuk respon atas kesepakatan Fatah dan Hamas.

"Saya layangkan surat pengunduran diri, dan pemerintahan ada di tangan Yang Mulia kapan saja Anda mau," tulis kantor berita Palestina WAFA mengutip pembicaraan Perdana Menteri kepada Abbas.

Sebelumnya, Hamdallah yang memiliki wewenang yang terbatas pada masalah dalam negeri ini juga telah mengajukan pengunduran diri pada tahun lalu dalam sengketa kekuasaan. Namun, tak lama kemudian, ia menarik pengajuannya.

Dalam kesepakatan rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah pada Rabu kemarin, akan dibentuk pemerintahan tehnokrat yang independen dalam waktu lima minggu serta akan menggelar pemilu enam bulan kemudian.

Sejak Hamas memenangkan pemilu pada 2006, Palestina belum pernah menyelenggarakan pemilu nasional lagi. Sehingga memicu perselisihan antara Hamas dan Fatah pada tahun berikutnya. 

Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahi menyatakan Abbas dapat membuat kesepakatan perdamaian dengan Israel atau dengan Hamas, tetapi Abbas tidak dapat membuat kesepakatan dengan keduanya.

Lanjutnya, negaranya tidak akan bernegosiasi dengan pemerintahan yang bersatu dengan kelompok bersenjata yang bersumpah akan menghancurkan Israel.

"Selama saya menjadi Perdana Menteri Israel, saya tidak akan pernah bernegosiasi dengan pemerintah Palestina yang didukung oleh teroris Hamas," katanya.

Sedangkan, Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyebut kesepakatan persatuan Palestina itu tidak akan membantu. Menurutnya, kesepakatan itu merupakan salah satu langkah yang dapat mempersulit tercapainya kesepakatan perdamaian antara Palestina dengan Israel.

Di Seoul, Obama pun mengatakan pembicaraan perdamaian mungkin perlu dihentikan terlebih dahulu. "Mungkin ada waktunya upaya perdamaian dihentikan dahulu dan kedua belah pihak perlu mencari alternatif lainnya," kata Obama.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement