REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Petinggi Gerakan Perlawanan Islam Hamas, Syaikh Hasan Yusuf, menolak pernyataan Menlu Austria, Sebastian Curtis, yang meminta gerakan Hamas mengakui entitas Zionis Israel dan meninggalkan perlawanan bersenjata.
Hasan Yusuf mengatakan apapun intervensi dalam urusan Palestina oleh pihak-pihak asing adalah tertolak mentah-mentah. Tidak boleh ada yang melakukan provokasi dan mendiktenya.
Pernyataan Sebastian Curtis tersebut disampaikan di gedung Kementerian Luar Negeri Otoritas Palestina di Ramallah menyusul kabar penandatanganan rekonsiliasi Palestina antara gerakan Fatah dan Hamas di Jalur Gaza.
''Kami memiliki pemahaman yang besar bahwa orang-orang Palestina berusaha untuk mencapai kesepakatan agar mereka memiliki persatuan Palestina. Hal ini positif selama itu adalah kemajuan dan bukan langkah ke belakang,'' kata Curtis.
''Da,n itu melalui pengembangan sikap-sikap Hamas dengan mengakui Israel dan meninggalkan kekerasan,'' katanya. ''Tidak boleh lagi kembali ke lingkaran kekerasan yang dulu terjadi di sini.''
Syaikh Hasan Yusuf menjelaskan bahwa rekonsiliasi Palestina adalah urusan internal Palestina. Bangsa Palestina yang menentukan nasibnya dan bukan orang lain.
“Apakah masuk akal meminta dari faksi terntentu yang beroposisi untuk mengakui ‘Israel’?” kata Hasan Yusuf seperti dikutip Infopalestina.