Oleh: Ani Nursalikah
Kekuatan Katolik di Aegea begitu terancam dengan agresi Mehmed.
Setelah jatuhnya Konstantinopel, Pangeran Mehmed atau Mehmed II menjamin menyerahkan Pera, Kota Genoa yang berseberangan dengan Ibu kota Bizantium di seberang Tanjung Gading.
Pada tahun berikutnya, ia menyerang Serbia. Dalam dua gerakan, pada 1454 dan 1455 M, ia merebut Novo Brdo dan daerah tambang perak di selatan Serbia. Hal ini mempersempit wilayah George Brankovic di utara negara itu.
Pada 1456 Mehmed II melakukan pengepungan atas Kota Belgrade, Hungaria. Tetapi, kali ini tidak berhasil.
Pasukan John Hunyadi tidak saja memukul mundur serangannya, tetapi juga sampai tiba di dekat perkemahan Ottoman. Kemenangan ini menyelamatkan Hungaria dari invasi dalam skala penuh. Namun, tidak mencegah pembasmian terakhir Serbia.
Pada 1457 George Brankovis meninggal dan disusul putranya Lazar tidak lama berselang. Kematiannya membuka wilayahnya untuk invasi Raja Matthias Corvinus dari Hungaria atau Mehmed II. Mehmed lah yang pertama kali bertindak.
Pada 1458 pasukan di bawah vizier (wazir) berdarah Serbia, Mahmud Pasha, melaksanakan invasi dan dengan kemampuan politiknya dan pasukan militernya.
Ia memenangi Golubats, Smederovo, dan benteng-benteng penting lainnya. Ia membawa Serbia di bawah kontrol Ottoman dan menjadikan Danube sebagai batas antara Hungaria dan Kerajaan Ottoman.
Penaklukan yang dibuat sultan di wilayah Aegea pada tahun yang sama tidak banyak memperluas wilayah, tapi lebih menguntungkan.