Ahad 27 Apr 2014 12:17 WIB

Wapres: Pengoperasian Pelabuhan Teluk Lamong Harus Terintegrasi

Dirut Pelindo III, Djarwo Harjanto menjelaskan pengoperasian Pelabuhan Teluk Lamong kepada wapres
Foto: Istimewa
Dirut Pelindo III, Djarwo Harjanto menjelaskan pengoperasian Pelabuhan Teluk Lamong kepada wapres

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wakil Presiden RI, Boediono, menyatakan pengoperasian arus barang dari dan ke Terminal Teluk Lamong di Jawa Timur harus dapat terintegrasi dengan jalur kereta api. Hal itu penting demi mengurangi beban jalan raya, apalagi jalur ganda kereta api Jakarta-Surabaya pembangunannya hampir tuntas.

"Diharapkan akses petikemas barang dari Terminal Teluk Lamong ini tidak hanya lewat jalan raya, tetapi juga melalui jalur kereta api," ujar Boediono dalam kunjungan kerjanya di Terminal Teluk Lamong, Jawa Timur, Sabtu (26/4).

Wakil Menteri Perhubungan, Bambang Susantono yang ikut mendampingi menambahkan, bahwa salah satu yang menjadi fokus pemerintah adalah upaya memindahkan beban jalan kepada jalur kereta api.

"Dengan selesainya jalur ganda Jakarta-Surabaya, tentu arus pergerakan barang akan semakin meningkat," kata Bambang.

Pembangunan Terminal Teluk Lamong termasuk dalam Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) khususnya pada koridor Jawa. Dengan pembangunan dan pengoperasian Terminal Teluk Lamong, diharapkan dapat mengurangi waktu tunggu kapal di Pelabuhan Tanjung Perak selaku pintu gerbang perekonomian Jawa Timur dan Kawasan Timur Indonesia.

Pembangunan Terminal Teluk Lamong ditujukan untuk meningkatkan perekonomian Indonesia yang berujung pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.  "Semakin cepat terminal ini dioperasikan, manfaatnya akan semakin cepat dirasakan oleh kita semua."

Direktur Utama PT Pelindo III, Djarwo Surjanto menjelaskan, sebagai pendukung akses laut, PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) akan melakukan pendalaman dan pelebaran Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) yang merupakan jalur laut utama menuju Pelabuhan Tanjung Perak dan sekitarnya.  Kondisi APBS saat ini hanya memiliki lebar 100 meter dan kedalaman -9 mLWS serta hanya terdapat satu jalur perlintasan.  Bukan hanya itu saja, kapasitas APBS yang tersedia hanya 27 ribu gerakan kapal.  Padahal, pada tahun 2013 lalu tercatat 43 ribu gerakan kapal. 

Untuk itu, PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) telah menggandeng perusahaan pengerukan asal Belanda Van Oord Dredging and Marine contractors BV (Van Oord) untuk melakukan pekerjaan pendalaman dan pelebaran APBS. Pada bulan Mei 2014 mendatang pengerukan akan dimulai dengan target pendalaman alur mencapai -14 m LWS dan lebar mencapai 150 meter, selanjutnya pada tahap berikutnya akan diperdalam lagi hingga -16 mLWS dan diperlebar hingga mencapai 200 meter.

“Selain akses laut, PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) juga merencanakan solusi akses darat menuju Terminal Teluk Lamong," ujarnya dalam siaran persnya kepada ROL, Ahad (27/4)

Nantinya, kata Djarwo, Terminal Teluk Lamong akan dilengkapi dengan monorel pengangkut petikemas (Automated Container Transporter/ACT) dan kereta api.  ACT akan dibangun oleh PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) bersama-sama dengan PT Adhi Karya (Persero) sedangkan kereta api akan memanfaatkan rel ganda (double track) yang dikembangkan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero). Walau demikian, moda transportasi jenis truk tetap akan dipertahankan. Telah ada kesepahaman antara PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) dan DPC Organda Khusus Tanjung Perak tentang penggunaan truk dengan Bahan Bakar Gas (BBG) atau mesin diesel dengan standar emisi EURO 4 di Terminal Teluk Lamong. 

"Hal itu dilakukan mengingat Terminal Teluk Lamong didesain sebagai terminal yang ramah lingkungan” ungkap Djarwo.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement