REPUBLIKA.CO.ID, LONDON-- Para peneliti menemukan antibodi manusia alami untuk virus baru Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS) yang menjadi langkah maju menuju berkembangnya pengobatan penyakit mematikan itu.
MERS, penyakit yang disebabkan virus mirip SARS pertama kali terdeteksi pada 2012 dan menyebabkan wabah di Timur Tengah serta kasus-kasus sporadis di dunia. Penyakit ini menimbulkan kekhawatiran dunia dalam beberapa pekan ini dengan meningkatnya kasus infeksi dan kematian di Arab Saudi.
Pejabat Arab Saudi mengkonfirmasikan 26 kasus baru MERS dan 10 kematian pada akhir pekan ini, sehingga jumlah korban terinfeksi di negara itu mencapai 339 kasus, 102 diantaranya berakibat kematian. Saat ini tidak ada obat atau vaksin untuk MERS - penyakit pernapasan akut yang menimbulkan gejala batuk, demam, napas tersengal-sengal serta bisa mengarah ke penumonia dan gagal ginjal.
Namun dalam studi yang dipublikasikan di dua jurnal ilmiah pada Senin, para peneliti dari Amerika Serikat, Tiongkok dan Hong Kong mengatakan mereka telah menemukan beberapa antibodi penetral yang mampu mencegah bagian kunci dari virus untuk menempel pada pembawa dan menginfeksi sel-sel tubuh manusia.
Antibodi merupakan protein yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh yang mengenali virus dan bakteri asing. Antibodi penetral merupakan salah satu yang tidak hanya mengenali virus tertentu namun juga mencegahnya menginfeksi sel inang, yang berarti tidak ada infeksi dari orang atau binatang itu.
Dalam sebuah studi di jurnal ilmiah Kedokteran Transnasional, tim yang dipimpin peneliti Tiongkok menemukan bahwa dua antibodi bernama MERS-4 dan MERS-27 mampu memblokir sel dalam cawan laboratorium dari infeksi virus MERS.
"Meski masih awal, hasil studi ini menunjukkan bahwa antibodi terutama yang digunakan dalam kombinasi, menjadi bahan menjanjikan untuk mengatasi MERS," tulis para peneliti itu.
Dalam studi kedua yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS), satu tim dari AS mengatakan penemuan atas panel tujuh antibodi penetral memberikan peluang jangka panjang bahwa vaksin maupun obat bisa dikembangkan untuk melawan MERS.
Sebagian besar kasus MERS terjadi di Arab Saudi dan negara-negara Timur Tengah lain namun penemuan kasus sporadis di Inggris, Yunani, Prancis, Italia, Malaysia dan negara-negara lain memicu kekhawatiran terjadinya penyebaran yang meluas ke seluruh dunia dengan menginfeksi penumpang pesawat.
Meski penyakit tersebut belum terdeteksi di Amerika Utara, "peluang seseorang terinfeksi MERS yang mendarat di AS sangat memungkinkan," kata Wayne Marasco, pakar penyakit menular pada Institut Kanker Dana-Farber yang memimpin studi PNAS.
Peneliti belum mengetahui secara pasti bagaimana virus MERS ditularkan ke manusia, namun virus ini sudah diteukan pada kelelawar dan unta. Para pakar mengatakan unta kemungkinan besar menjadi binatang pembawa, yang kemudian menularkannya pada manusia.
Virus ini serupa dengan virus yang menyebabkan Sindrom Pernapasan Akut (SARS) yang muncul di Tiongkok pada 2002/2003 dan menewaskan 800 orang - sekitar sepersepuluh dari kasus infeksi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan prihatin dengan meningkatnya kasus infeksi MERS di Arab Saudi. WHO berencana untuk mengirimkan timnya ke negara kerajaan itu pekan ini untuk membantu menyelidiki wabah tersebut.