REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) menyatakan Alqaidah yang berbasis di Pakistan telah mengalami pelemahan hebat. Namun demikian, organisasi-organisasi afiliasi Alqaidah di Afrika dan Timur Tengah masih menebarkan ancaman serius.
Departemen Luar Negeri AS mengumumkan, organisasi afiliasi ini tumbuh dengan memiliki kewenangan otonomi dan jauh lebih agresif. Mereka terus melakukan teror-teror di beberapa negara, termasuk di Irak, Afghanistan, Afrika, dan Suriah.
"Alqaidah sendiri, di bawah kepemimpinan Ayman al-Zawahiri, semakin meredup pengaruhnya oleh tekanan-tekanan internasional. Apalagi mereka telah kehilangan sejumlah pemimpin seniornya," demikian pernyataan Departemen Luar Negeri AS dalam laporan global terorisme di Washington, Kamis (1/5) WIB atau Rabu waktu setempat.
Persoalan muncul, kata laporan itu, ketika sejumlah negara di Timur Tengah dan Afrika Utara tidak memiliki pemerintahan yang kuat. Kondisi tersebut dimanfaatkan afiliasi-afiliasi Alqaeda untuk beraksi, melakukan penyerangan hingga teror terhadap kepentingan-kepentingan Barat.
Pergolakan tersebut, kata Deplu AS, melebar ke Yaman dan Somalia. Berbagai kisruh keamanan yang terjadi di negara-negara tersebut belakangan ini tak lepas dari peran organisasi-organisasi afiliasi Alqaeda ini.
Deplu AS menyatakan, kelompok seperti Taliban Pakistan dan Afghanistan dan jaringan Haqqani terus menyerang target-target Amerika dan lokal di perbatasan kedua negara. Laskar e-Tayyiba di Pakistan pun, kata Deplu AS, terus melancarkan serangan kepada kepentingan AS.
"Mereka menganggap serangan-serangan terhadap kepentingan AS itu sah," kata Deplu AS, dalam laporan itu.
Ribuan anggota Alqaeda dan afiliasinya, sebagian besar bisa berbahasa Inggris, telah melintasi Suriah untuk melatih dan bertempur melawan pasukan Presiden Bashar al-Assad. Sebagian dari mereka sudah bergabung dengan kelompok garis keras.
AS menyatakan kekhawatirannya jika individu-individu ini kembali ke Tanah Airnya. "Mereka kemungkinan akan melakukan aksi-aksi serangan," kata Deplu AS.
Laporan ini menyebutkan bahwa individu-individu afiliasi ini datang juga dari Denmark, Prancis, Jerman, Norwegia, Belgia, Swedia, dan Inggris. Pemerintah Inggris memperkirakan sediktinya 400 warga Inggris terlibat pada afiliasi Alqaeda ini.