REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembiayaan kerap menjadi hambatan terbesar wirausaha pemula. Tidak terkecuali di kalangan digital enterpreneur (Digipreneur). Modal yang cukup besar menjadi hambatan untuk mengembangkan usaha.
Namun belakangan mulai berkembang pembiayaan dengan model crowdfunding. Pembiayaan ini memungkinkan banyak orang, bahkan mencapai ratusan mewujudkan satu proyek komersial secara patungan (penggalangan dana). Cara ini disebut menjadi salah satu solusi pembiayaan bagi para digipreneur pemula.
"Kami di industri kreatif tentu sangat terbantu (dengan Crowd Funding), terlebih kami masih cukup sulit mengakses perbankan," ujar Andrew Pratomo Budianto, Co-Founder Agate Studio dalam dialog interaktif 'Digipreneur Indonesia', beberapa waktu lalu di Jakarta.
Ia mengatakan, saat ini tingkat kepercayaan perbankan dan lembaga keuangan formal lain untuk mengucurkan kredit masih rendah. Bank masih belum menganggap industri kreatif digital termasuk game dan animasi sebagai sektor prospektif untuk didanai.
"Jadi crowdfunding ini bisa menjadi salah satu alternatif bagi kami untuk mengembangkan usaha," kata dia. Agate Studio adalah perusahaan yang bergerak di bidang game developer.
Direktur Kerjasama dan Fasilitasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Lolly Amalia Abdullah mengatakan crowdfunding sangat potensial untuk menjadi sumber pembiayaan alternatif bagi wirausaha pemula namun sayangnya belum memiliki payung hukum yang legal di Indonesia.
"Kami akan duduk bersama instansi terkait untuk merumuskan regulasi bagi crowdfunding dalam waktu dekat ini," katanya.