REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (Deplu AS) meluncurkan Laporan Teror Global 2013 yang menyinggung makin meningkatnya serangan terhadap warga Palestina. AS melaporkan, serangan terhadap warga sipil Palestina, tempat ibadah seperti masjid dan gereja, serta properti lainnya di Tepi Barat, Palestina, mengalami lonjakan sepanjang 2013.
Setidaknya, kata laporan itu, ekstremis Israel melakukan vandalisme terhadap lima masjid dan tiga gereja di Tepi Barat dan Yerusalem. Ini belum termasuk serangan-serangan militan terhadap individu Palestina dan properti-properti mereka.
"Total serangan militan dan ekstremis Israel terhadap warga Palestina sepanjang 2013 mencapai 399 serangan," demikian bunyi laporan yang diterbitkan pada Rabu (30/4).
Serangan dilakukan pemukim-pemukim Israel di wilayah pendudukan Palestina. Para militan Israel ini memiliki senjata lengkap.
Deplu AS juga melaporkan, dari sekian ratus serangan, hanya sedikit yang bisa dibawa ke pangadilan untuk diadili. Kebanyakan kasus itu selesai tanpa adanya proses peradilan.
Secara resmi Deplu AS menyebut serangan ini sebagai "price tag" yang berarti "tindakan kekerasan dan kejahatan properti yang dilakukan individu dan grup ekstremis Yahudi sebagai pembalasan atas aktivitas anti-permukiman".
Kasus vandalisme terjadi pada pekan lalu di sebuah masjid di kota Fureidis, dekat dengan kota pelabuhan Haifa. Sekelompok ekstremis Yahudi mencoret-coret tembok masjid itu. Fureidis berarti "paradise" dalam Bahasa Inggris atau surga.
Otoritas Israel menolak kekerasan label "ekstremis" dan "militan" yang ditujukan kepada warganya. Kepolisian Israel menegaskan tindakan serangan itu bukan bagian dari serangan teror. Menurut mereka, itu hanya tindakan bela diri.