REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kampanye sekolah gratis yang dilakukan capres dinilai tidak lagi efektif. Capres terkesan tidak kreatif berkampanye, sehingga belum berhasil meraih simpati.
Sekjen Komnas Pendidikan, Andreas Tamba, mempertanyakan, apakah efektif. Saat ini saja, jelasnya, sekolah gratis diterapkan, tapi tetap saja banyak anak - anak yang putus sekolah. Hal ini menandakan banyak ketidakberesan dalam penyusunan strategi pendidikan.
Strategi dan konsep yang ditawarkan sekadar untuk bahan kampanye. Ini dilakukan untuk mendapatkan simpati publik. "Padahal belum tentu efektif, karena masyarakat sekarang sudah semakin cerdas," jelasnya, saat dihubungi, Jumat (2/4).
Dia mencontohkan, manifesto politik Gerindra soal pendidikan nasional, misalkan, relatif tidak ada yang baru. Bahkan terkesan klise. Yang digemborkan tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan SBY saat ini.
Manifesto tersebut sekadar mengulang apa yang sudah dijalankan pemerintah SBY saat ini. Anggaran pendidikan 20% merupakan amanat konstitusi yang sudah dipenuhi pemerintahan SBY. Wajib belajar 12 tahun juga sudah jadi kebijakan pemerintah sejak 2013. “Kalau mau jujur, mestinya cukup bilang akan meneruskan kebijakan pemerintah sekarang terkait dua soal ini,” katanya.
Konsep dan strategi pendidikan yang ditawarkan tidak mengarah kepada pembangunan yang visioner. "Tidak ada jangka pendek, menengah, dan panjang," imbuhnya.