Sabtu 03 May 2014 09:50 WIB

Kampanye Pencegahan Malaria dengan Chemoprevention

Nyamuk malaria
Foto: Sang Tan/AP
Nyamuk malaria

REPUBLIKA.CO.ID, NIGERIA -- LSM “Doctors Without Borders,” atau “Dokter Tanpa Tapal Batas” (MSF) telah meluncurkan sebuah kampanye pencegahan penyakit malaria yang baru di beberapa negara di sub-Sahara Afrika, bertujuan melindungi penduduk yang paling rentan, yaitu anak-anak balita.  Selama berlangsung kampanye pada musim malaria paling parah, yaitu mulai Juli hingga Oktober, anak-anak diberi apa yang disebut obat chemoprevention.

 

MSF berencana melancarkan kampanye besar pencegahan penyakit malaria yang disebut SMC, di wilayah Sahel, untuk mencegah kasus-kasus baru penyakit itu di negara-negara di mana malaria merajalela.  Negara-negara itu adalah Senegal, Gambia, Niger, Burkino Faso dan Mali.

Dalam sebuah percobaan SMC tahun 2013 di Niger, organisasi “Doctors Without Borders” (MSF) telah mengobati lebih dari 200 ribu anak berumur antara tiga tahun dan 59 bulan dengan obat chemoprevention.

 

Percobaan strategi obat chemoprevention dalam dua tahun terakhir ini menunjukkan pengurangan hingga 83 persen berbagai kasus penyakit malaria sederhana; dan terdapat pula pengurangan persentase serupa dalam jumlah kasus-kasus malaria parah.

 

Estrella penasihat obat daerah tropis MSF mengatakan, kampanye tersebut dilaksanakan atas desakan Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO).

 

"Apa yang kami lakukan adalah memberi obat itu sekali sebulan untuk melindungi anak-anak selama sebulan, selama empat bulan masa menular yang parah,” kata Estrella.

 

Di lokasi-lokasi terpencil di Nigeria, selama masa percobaan tahun 2013, obat anti-malaria itu disediakan di klinik-klinik, di rumah-rumah kepala desa dan di tempat-tempat di mana para petugas kesehatan umum berkunjung dari rumah ke rumah.

 

MSF menempatkan sekitar  dua ribu petugas kesehatan masyarakat untuk memberi penyuluhan kepada keluarga-keluarga tentang manfaat obat SMC itu, dan menganjurkan agar mereka membawa anak-anak mereka ke lokasi pemberian obat.

 

Menurut Lasry, kampanye MSF tersebut tidak menggunakan obat-obat yang mengandung  zat artemisinin, yang saat ini dianggap sebagai "standar terbaik" dalam pengobatan penyakit malaria.

 

"Kami berusaha menggunakan obat yang berbeda, sehingga bahkan apabila terjadi kemungkinan kekebalan, kami tidak menyebabkan kekebalan terhadap obat paling mujarab yang kami punyai untuk pengobatan malaria," kata Lasry.

 

Jika mereka menemukan penyakit malaria pada anak-anak, kata Lasry, segera mereka obati, tetapi tambahnya lagi, terdapat kekurangan tes diagnostik cepat di Niger, yang menghambat upaya pemberantasan malaria di daerah-daerah endemi.

 

Sementara SMC bukanlah "obat yang hebat," para petugas kesehatan mengatakan obat-obatan pencegah itu melengkapi strategi pengawasan malaria, termasuk kelambu-kelambu yang dicelup insektisida.

sumber : VOA Indonesia
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement