Ahad 04 May 2014 09:40 WIB

Ketum Gagal Lolos ke Senayan, Pengamat: Karena Isu HAM Prabowo

Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Effendi MS Simbolon (kedua kiri), Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio (kedua kanan), dan Ketua Umum Partai Gerindra Suhardi (paling kanan) menjadi pembicara diskusi mengenai
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Effendi MS Simbolon (kedua kiri), Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio (kedua kanan), dan Ketua Umum Partai Gerindra Suhardi (paling kanan) menjadi pembicara diskusi mengenai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pengamat politik dari POINT Indonesia, Karel Susatyo berpendapat tidak lolosnya Ketua Umum Partai Gerindra Suhardi ke parlemen dalam Pemilihan Legislatif beberapa waktu lalu lantaran yang bersangkutan bukan seorang politisi tangguh tetapi hanya seorang administrator di dalam Gerindra.

"Ini uniknya Gerindra. Suara naik 7 persen tapi ketumnya gagal ke senayan untuk kedua kalinya. Pasti masalahnya ada pada kapasitas dan kapabilitas yang minim dari seorang Suhardi sebagai politisi," kata Karel, di Jakarta, Sabtu.

Ketua Umum Gerindra ini secara mengejutkan hanya mendapatkan suara sekitar 60-70 ribuan suara yang berujung gagal melaju ke Senayan. Menurut dia, isu pelanggaran HAM yang kerap diarahkan ke Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto pada masa lalu, memiliki pengaruh di pemilih kelas menengah.

Masyarakat Yogyakarta sebagai salah satu Dapil dari Suhardi dikenal cerdas dan memiliki 'ilmu titen' atau mengamati dan mencatat perilaku seseorang, dan pada saat yang diperlukan akan dipakai untuk mengambil keputusan, ternyata masyarakat yang tidak pernah lupa.

Sepertinya jejak sejarah tersebut? membekas betul di benak masyarakat Yogyakarta. Masyarakat pun menghukum mereka yang dekat Prabowo, seperti Suhardi. "Makanya kalau dia bisa jelaskan posisi dia dalam pelanggaran ham secara terbuka kepada publik itu bagus. Kalau publik anggap dia tak terlibat maka dia bisa banjir dukungan. Tapi, sebaliknya kalau publik anggap dia adalah dalangnya maka ke Prabowo akan gembos," katanya.

Ditambahkannya, Prabowo juga janji ketika sowan ketemu Agum Gumelar CS bahwa dia akan jelaskan semuanya secara terbuka. "Kalau ksatria, Prabowo harus berani membuka selubung isu yang selama ini menjadi aib," tegasnya.

Sebelumnya, Suhardi menyatakan suaranya gembos karena gencarnya praktik politik uang di dapilnya. Menurut dia, praktik 'money politis' dilakukan dengan beragam cara. Namun demikian, Suhardi kesulitan membuktikan temuan politik uang tersebut. Terlebih, sampai bisa menyeret temuan tersebut ke ranah pidana.

Di sisi lain, dapil Yogyakarta merupakan salah satu yang terberat karena banyak caleg potensial yang bertarung memperebutkan kursi di Senayan. Selain Suhardi, dari Partai Demokrat, Roy Suryo yang juga Menpora gagal lolos ke Senayan.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement