REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Sebuah organisasi non-pemerintah dari Israel meluncurkan aplikasi smartphone yang memungkinkan pengguna mengidentifikasi kota-kota Palestina yang kini kosong atau dihancurkan Yahudi dalam perang 1948.
Perang itu adalah cikal bakal terbentuknya Israel. Saat ini aplikasi iNakba hanya tersedia pada sistem operasi iOS iPhone milik Apple. Aplikasi tersebut lahir dari pengembang Zochrot yang berbasis di Tel Aviv.
Mereka ingin meningkatkan kesadaran di kalangan Yahudi Israel tentang Nakba. dalam bahasa Arab Nakba berarti "bencana". Kata itu merujuk pada pengusiran dan kaburnya lebih dari 700 ribu warga Palestina pada 1948.
iNakba dapat diunduh dalam bahasa Arab, Inggris dan Ibrani. Aplikasi ini berguna bagi generasi muda Palestina yang ingin belajar tentang tanah air leluhur mereka. Juga untuk mendidik Israel tentang banyaknya desa Palestina yang ada sebelum perang 1948.
"Pemandangan sejarah telah jelas berubah sejak sebelum 1948. Sulit menemukan daerah-daerah yang hancur itu pada peta. Jadi, kami memutuskan menempatkan teknologi dengan baik dan membuat informasi seperti ini tersedia di smartphone banyak orang," kata Raneen Jaries yang mengembangkan iNakba, dikutip dari Aljazeera, Sabtu (3/5).
iNakba bergantung pada peta Google Israel saat ini, tetapi menyatu dengan lapisan peta lain yang berisi daerah Palestina yang hancur. Pengguna dapat menonton video dan melihat gambar dari kota-kota bersejarah. Sebuah fitur interaktif memungkinkan mereka mengunggah elemen visual mereka sendiri dan memberi komentar.
Aplikasi ini mencakup informasi dan peta dari beberapa kota yang sebagian besar berpenghuni ketika penduduk Palestina melarikan diri atau diusir. pengembang memasukkan tempat-tempat, seperti Ma'alot-Tarshiha yang sebelumnya dikenal sebagai Tarshiha.
Sekitar 70 persen penduduk aslinya melarikan diri ke Lebanon. Mereka juga memasukkan Eilabun di utara Israel di mana pembantaian dilakukan tentara Israel pada Oktober 1948.
Informasi di daerah ini didasarkan pada karya-karya sejarah orang-orang seperti sejarawan Palestina terkenal Walid al-Khalidi, akademisi Salman Abu Sitta yang meneliti Nakba dan Noga Kadman, penulis buku yang fokus pada 400 lebih daerah Palestina yang kini dicaplok Israel.