REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- AS alias Emon, tersangka kekerasan seksual terhadap puluhan anak laki-laki di Sukabumi, Jawa Barat, diduga telah melakukan aksinya sejak sekolah menengah pertama (SMP).
"Pada saat itu saya masih duduk di bangku kelas IV SD, bertemu dengan tersangka di daerah Lio, Kecamatan Citamiang, waktu itu saya dan dua rekan saya diiming-imingi boneka kura-kura oleh si Emon asalkan mau melepas celana saya. Karena tidak terima dengan permintaan si Emon kami langsung memukul dan melarikan diri," kata Soni baru lulus SMA, Senin (5/5).
Menurut Soni, sebenarnya Emon itu orangnya baik dan dirinya sering berpapasan di jalan, bahkan dalam bertetanggapun cukup baik karena orangnya ramah, tapi ada satu kejanggalan Emon adalah senang terhadap anak kecil.
Selain itu, dirinya juga menyangka Emon sudah tobat dan tidak akan melakukan hal serupa lagi semasa kecilnya. Ternyata, setelah lihat di televisi dan media massa lainnya, ternyata kelakuan bejat Emon malah menjadi.
Soni menambahkan dirinya mengetahui siapa saja korban Emon yang saat ini sudah dewasa, bahkan disebutkan korban Emon sudah ada yang menjadi sopir angkot. "Saya tidak mengetahui secara persis siapa saja korban Emon semasa saya kecil, tetapi waktu itu saya dan dua rekan saya hampir menjadi korbannya," tambahnya.
Kapolres Sukabumi Kota, AKBP Hari Santoso mengatakan penyelidikan yang dilakukan oleh pihaknya akan flash back kejadian dengan tujuan untuk mencari tahu sejak kapan Emon melakukan kekerasan seksualnya kepada anak-anak, karena menurut psikolog yang memeriksa tersangka perubahan kelakuan dan kejiwaan Emon sudah terlihat saat predator anak ini berusia lima tahun.
"Kami terus melakukan penyelidikan secara intensif kepada tersangka dengan melakukan pemeriksaan-pemeriksaan terhadap saksi-saksi lainnya, karena saat ini sebanyak 73 anak yang melapor adalah pascaterungkapnya aksi bejat Emon dan kami akan merunut ke belakang apakah ada korban lainnya saat Emon masih berusia remaja atau saat masih mengenakan seragam sekolah," kata Hari.