REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang biasa disapa Ahok ini menjelaskan alasan pemerintah DKI Jakarta lebih memilih memakai jasa perusahaan asing asal Jerman untuk membersihkan Monumen Nasional (Monas). Menurutnya, pemilihan perusahaan asing selain memiliki pengalaman dibandingkan perusahaan lokal, juga dapat dilakukan untuk promosi Monas di luar negeri.
"Karena (perusahaan) pengalaman membersihkan monumen di dunia. Terus bisa dapet promosi, dan kalau kita sukses akan dijadikan iklan juga di dunia," kata Ahok, Senin (5/5).
Meski begitu, Ahok juga mengatakan telah banyak perusahaan lokal yang mendatanginya menawarkan pembersihan monas secara sukarela. Namun, pemda DKI memiliki aturan dan kriteria sendiri dalam menentukan pemilihan perusahaan tersebut.
Karena bagi Ahok, penggunaan jasa lokal tidak menjamin membuat monas terkenal di luar negeri, mengingat sampai saat ini jasa perusahaan lokal belum lebih hebat dibandingkan asing. "Kalau kita pakai lokal, bisa ga dia iklan di luar negeri? Saya belum dengar tim lokal bersihin negara lain. Kita sepakat klo kita mau promosikan Jakarta secara gratis," seru Ahok.
Ahok juga menampik jika ada yang meragukan nasionalismenya karena lebih memilih perusahaan asing. Menurutnya nasionalisme jangan dipahami secara sempit. "Ya kalau mau nasionalisme sempit ya jangan pakai mobil buatan Eropa atau Cina, gunting kuku aja kita belum bisa bikin," ujar Ahok.
Untuk itu, Ahok pun mengimbau perusahaan lokal yang tidak terpilih membersihkan Monas untuk bersiap siap dan tidak protes. Ia menyarankan masih ada tugu di Jakarta yang perlu dibersihkan selain Monas. "Patung Pancoran, Tugu Selamat datang dan kota tua juga mau dibersihkan, tetapi malah ga ada yang mau," ujar Ahok.
Monas rencananya mulai dibersihkan dari 5 Mei hingga 18 Mei mendatang untuk pertama kalinya sejak tahun 1992. Perusahaan yang ditunjuk pemprov DKI adalah Kaercher, perusahaan asal Jerman yang telah melakukan pembersihan lebih dari 80 monumen di berbagai dunia.