REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Saham-saham di Wall Street berakhir sedikit lebih tinggi pada Senin (5/5) atau Selasa (6/5) pagi WIB, setelah berjuang untuk keluar dari kolom kerugian, mengabaikan data industrial mengecewakan dari Cina dan meningkatnya kekerasan di Ukraina.
Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 17,66 poin (0,11 persen) menjadi 16.530,55. Indeks berbasis luas S&P 500 bertambah 3,52 poin (0,19 persen) menjadi berakhir di 1.884,66, sedangkan indeks komposit teknologi Nasdaq naik 14,16 poin (0,34 persen) menjadi 4.138,06.
Gambaran pertumbuhan Cina memburuk setelah HSBC melaporkan kontraksi bulanan keempat berturut-turut dalam indeks aktivitas sektor manufaktur, membawa indeks ke tingkat terendah dalam delapan bulan terakhir. Sementara di Ukraina pertempuran antara pasukan pemerintah dan separatis pro-Moskow kian meningkat, dengan militer Ukraina menderita korban berat dan Rusia memperingatkan kekerasan tersebut menempatkan perdamaian di Eropa dalam bahaya.
Saham Boeing naik 1,6 persen dan Apple naik 1,4 persen memimpin para pencetak keuntungan di antara perusahaan terbesar, sementara Pfizer turun 2,6 persen karena beberapa sinyal mengecewakan dalam hasil kuartalan dan petunjuk kemungkinan diperlukan tekanan untuk membeli AstraZeneca Inggris kepada para pemegang saham.
Saham raksasa ritel Target kehilangan 3,5 persen setelah perusahaan mengumumkan bahwa kepala eksekutif Gregg Steinhafel mengundurkan diri setelah pencurian besar-besaran data pelanggan oleh peretas (hacker). Steinhafel yang menjabat sebagai kepala eksekutif sejak 2008, akan digantikan sementara oleh kepala keuangan John Mulligan sementara perusahaan mencari seorang CEO dan ketua permanen.
Penurunan juga dialami saham General Motors sebesar 0,6 persen setelah pabrikan otomotif tersebut mengumumkan penarikan beberapa kendaraan SUV (sport utility vehicles) selama akhir pekan karena potensi kebocoran bahan bakar diesel yang bisa menyebabkan kebakaran.