REPUBLIKA.CO.ID, BANGUI -- Setidaknya 28 orang tewas di Republik Afrika Tengah selama beberapa hari pertempuran antara milisi Muslim dan Kristen di kota tengah negara yang dilanda perang itu. Demikian kata seorang imam dan mantan anggota parlemen kepada Reuters pada Senin.
Pertempuran di Mala, sekitar 300 km (190 mil) utara ibu kota Bangui, pecah antara mantan pemberontak Seleka dan milisi Kristen yang dikenal sebagai "anti-Balaka".
Pertempuran tersebut adalah yang terbaru dalam beberapa bulan saling serang dalam kekerasan antar-komunal yang telah menewaskan ribuan orang dan mengakibatkan lebih dari satu juta orang mengungsi itu.
''Pertempuran dimulai Kamis setelah pejuang anti-Balaka menjarah cadangan pangan Seleka,'' kata warga kepada Reuters.
"Selama empat hari pertempuran, sedikitnya 28 orang telah tewas termasuk 22 warga sipil dan enam gerilyawan Seleka," kata Ndoukoulouba Augustin, mantan mantan anggota parlemen dari wilayah itu, di Bangui.
Ndoukoulouba mengatakan para warga menjelaskan kepadanya bahwa mayat-mayat berserakan di jalan-jalan karena tak ada seorangpun yang mau menguburkan mereka. Sementara, korban yang terluka tidak bisa mendapatkan bantuan.
Everaldo de Souza, seorang imam di kota tetangga Dékoa, mengatakan keada Reuters melalui telepon bahwa tujuh orang tewas di tiga desa terdekat oleh mantan pemberontak Seleka. ''Jumlah kematian terakhir bisa menjadi lebih tinggi,'' katanya.
Kekerasan antar-komunal melanda di bekas koloni Prancis itu sejak akhir 2012 ketika perebutan kekuasaan merosot menjadi pertempuran antara milisi Muslim dan Kristen.