REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepak bola Indonesia kembali menjadi sorotan dunia internasional. Kali ini, tidak hanya perkembangan sepak bola Indonesia yang dengan perlahan mengalami peningkatan.
Namun, disisi yang lain, dunia internasional melihat bahwa Indonesia merupakan negara yang lemah dalam menangani hak-hak pemain sepak bola profesionalnya. FIFPro dan APPI sangat prihatin melihat kurangnya komitmen PSSI terhadap prinsip-prinsip tata kelola yang baik, pemenuhan hak dan kesejahteraan pemain sepak bola profesional di Indonesia.
"Indonesia telah meratifikasi dekralasi ILO (International Labour Organization). Jadi, selayaknya para pemain sepak bola di Indonesia berhak untuk mendapatkan perlindungan dari deklarasi ini,” kata Wakil Presiden FIFPro yang juga menjabat sebagai Ketua FIFPro Divisi Asia Brendan Schwab, di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (6/5).
Schwab mengatakan mata sepak bola dunia saat ini sedang tertuju pada Indonesia. Lebih lanjut, Schwab menjelaskan, kedatangannya di Indonesia dalam acara 'International Legal Conference' hari ini di Hotel Mulia, Jakarta, khusus untuk mengkaji pengalaman-pengalaman para pemain sepak bola di dunia dalam menggunakan Undang-Undang (UU) ketenagakerjaan.
Tak hanya itu, Schwab juga akan melakukan lobi untuk perubahan regulasi dalam upaya melindungi pemain dan memajukan industri sepak bola. Klub-klub Indonesia, selaku entitas yang mempekerjakan para pemain seharusnya tunduk pada UU ketenagakerjaan Indonesia.
Menurut Schwab, apa yang dilakukan para pemain sepak bola Brasil dengan 'Hukum Pele' alias (peraturan sepak bola di Brasil yang menyatakan, liga profesional tidak diatur oleh federasi, pemain berada di dalam undang-undang tenaga kerja khusus atlet dan pengaturan baru tentang pembayaran pajak klub sepak bola) patut ditiru.
Schwab mengatakan karena 'Hukum Pele' tidak hanya membuat pemain memahami hak-haknya tetapi juga memajukan tata kelola sepak bola.