REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN -- Komandan Pangkalan TNI AL (Danlanal) Balikpapan Kolonel Laut (P) Ariantyo Condrowibowo menegaskan bahwa sebutan kawasan "blackwater" bagi perairan Kalimantan Timur adalah berlebihan.
Perairan yang disebut "blackwater", kata Danlanal, adalah hingga ada kejahatan "piracy" atau pembajakan di kawasan itu. Contoh paling populer adalah perairan Somalia di pantai timur laut Afrika, di mana bajak laut Somalia berkeliaran meneror perairan itu.
"Di perairan Kaltim kan faktanya tidak separah itu," kata Danlanal Kolonel Condrowibowo di Balikpapan, Selasa.
Ia mengakui memang ada kejahatan di sepanjang sisi barat Selat Makassar, mulai dari Teluk Adang, Teluk Apar di selatan Balikpapan, Delta Mahakam, hingga Muara Berau.
"Tapi hanya pencurian-pencurian kecil. Yang diambil itu ya macam tali tambang kapal, cat kapal," tambahnya.
Tipiring
Tipiring atau tindak pidana ringan adalah perbuatan pidana yang ancaman hukumannya tidak lebih dari 6 bulan, seperti mencuri sandal. Pelaku pun tidak ditahan lama dan dilepas kembali setelah diproses verbal, yaitu diambil data-datanya semacam sidik jari dan data administrasinya dan catatan kejahatannya diisi.
Namun demikian, Danlanal mengakui bahwa kejadian-kejadian seperti pencurian itu memang bisa sangat mengganggu. Apalagi bila yang menjadi korban adalah kapal-kapal asing.
Malah dari kapal-kapal asing itu pulalah predikat "blackwater" tersebut berasal.
"Sebab ketika mereka jadi korban itu, mereka tidak melapor ke kami di Angkatan Laut, atau aparat setempat. Mereka justru menyiarkannya di radio internasional selain melapor ke IMO, International Maritime Organization," kata Danlanal.
Padahal sebenarnya cukup dengan berkabar di "marine band" atau frekuensi komunikasi semua yang beraktivitas di laut di Indonesia.
Lanal Balikpapan juga semakin menggiatkan patroli laut untuk menciptakan rasa aman di perairan itu. Patroli berangkat dari 5 pos TNI AL, yaitu di Kampung Baru di Balikpapan, di Teluk Adang di Paser, di Tanah Grogot, juga di Paser, di Anggana dan di Muara Pegah di Kutai Kartanegara.
"Kami intensifkan patroli dengan semua sarana yang kami punya," kata Danlanal.
Di setiap pos-pos tersebut tersedia 3 unit speedboat, selain Lanal Balikpapan juga mengoperasikan 2 Kapal Angkatan Laut (KAL) Manggar dan Anggana, kapal patroli sepanjang 12 meter lengkap dengan senjata. Satu KAL, yaitu KAL Sepinggan sudah tidak bisa dioperasikan lagi karena sudah tua dan kini ditarik ke darat.
Di sisi lain, dibanding luas perairan, Danlanal Condrowibowo mengakui bahwa ia kekurangan personel dan peralatan. Idealnya, sekurangnya ada satu KAL di setiap pos selain sekurangnya juga 3 unit speedboat.
"Kami sangat berharap pemerintah daerah bisa membantu karena tugas mengamankan wilayah itu tugas pemerintah dengan kami, angkatan bersenjata, sebagai alatnya," demikian Danlanal.