Oleh: Syahruddin El-Fikri
Ernst J Grube dalam tulisannya yang berjudul What Is Islamic Architecture mengungkapkan, bentuk dominan dari arsitektur Islam sebenarnya terletak pada arsitekturnya yang tersembunyi.
Artinya, arsitektur Islam baru bisa terlihat setelah memasukinya dan melihat bentuknya dari dalam.
Martin menambahkan, arsitektur Islam sangat kuat dalam memahami harmonisasi antara manusia dan lingkungan serta Sang Pencipta. Sayangnya, kata dia, pada abad ke-20, konsep Islami itu dilupakan dalam pembangunan industri yang begitu cepat.
Untuk menyelamatkan keberlanjutan arsitektur Islam, Martin menyarankan umat Islam agar benar-benar mengabaikan arsitektur Barat yang tak menggunakan semangat Islam dan merusak kebudayaan tradisional.
Selain itu, umat Islam perlu memahami esensi arsitektur Islam dan memasukkan teknologi bangunan modern sebagai alat dalam mengekpresikan esensi ini.
Apalagi, arsitektur Islam pernah mengalami masa keemasannya di era Usmaniyah, masa Abbasiyah, dan Seljuk. Misalnya, masjid jami di Isfahan, Spanyol; Masjid Cordoba; atau Istana Granada.
Menurut Prof Jonathan Bloom dan Sheila Blair dari Boston College dalam bukunya The Art and Architecture Islam, ide seni dan arsitektur tradisional Islam yang berkembang pada abad ke-7 yang mencakup arsitektur dan seni di daratan Atlantik hingga ke lautan Hindia telah memberi pengaruh kepada Barat untuk mengembangkan seni dan arsitektur Islam.
Hingga abad ke-19 dan 20, jelas Blair dan Bloom, seni dan arsitektur Islam masih tetap berpengaruh bagi negara-negara di Eropa dan Amerika.