REPUBLIKA.CO.ID, PONDOK CABE -- Hamparan rumput tinggi tampak tak terawat. Gedung bercat putih namun tampak kusam. Lapangan luas seakan lengang. Sekilas itulah gambaran sepintas tentang Terminal Pondok Cabe.
Ya, terminal tersebut telah beroperasi sejak tahun 2002. Hanya saja, tidak terurus sehingga diambil alih oleh mitra niaga. Mitra kerja yang menjalin kerja sama dengan Dinas Perhubungan Tangerang Selatan.
"Dulu, ada kabel, lampu cuma ada penjarahan," ujar Sanyoto, sekretaris paguyuban mitra niaga. Ia menambahkan, sekarang kondisi menjadi jauh lebih baik. Salah satunya pengadaan loket tiket.
Loket tiket terdiri atas 9 PO bis. Yaitu Maju lancar, Handoyo, Gunung Mulya, Sumber Alam, Bejiu, Sido rukun, Sido raya, Haryanto. Sesekali bus Pahala Kencana ada di sana. Tujuan bis itu semuanya menuju Jawa Tengah.
Situasi ramai di terminal hanya terjadi dari pukul 08.00 hingga 15.00 WIB. "Kalau sore sudah tidak ada bisnya," ujar Sanyoto. Memang, ketika itu hanya ada petugas dan hamparan kosong lahan terminal.
Mayar, warga Pondok Cabe mengatakan bahwa ia mendapatkan rezeki dengan adanya terminal. Pria ini sehari-hari berprofesi sebagai tukang ojek."Biasanya sih yang minta kan ga ada umum yang lewat,"ujar Mayar.
Menurut penuturan Sanyoto, Dinas Perhubungan Tamgerang Selatan belum pernah memberikan perhatian ke Terminal Pondok Cabe. Sedangkan tidak jauh dari terminal telah dibangun gedung Dishub. Gedung tersebut telah lama tak berpenghuni dan kusam.
Luas lahan dari Terminal Pondok Cabe adalah 2,5 hektar. Lahan terisi oleh fasilitas loket karcis, bangku tunggu, musholla dan toilet. Sebanyak 25 unit berbagai bis menarik penumpang di sana.
Dari 8 buah toilet yang ada, hanya dua yang berfungsi. Beberapa dijadikan tempat penyimpanan botol plastik mulai dari ukuran 600ml hingga 1 L. Botol tersebut adalah bekas hasil sampah pengunjung. Nantinya dijual ke pemulung seharga 3000 per kg.