REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Ombudsman Sumatera Barat menemukan lembaran yang diduga kunci jawaban Ujian Nasional (UN) Soal Matematika pada hari kedua palaksanaan UN tingkat SMP/ MTs sederajat di kota Padang.
Kepala Ombudsman Sumbar, Yunafri di Padang, Selasa mengatakan, peredaran dugaan kunci jawaban itu ditemukan oleh asistennya saat berada di SMP Negeri 16 Padang, seusai pelaksanaan ujian.
"Asisten saya mendapat kunci jawaban dari siswa yang sedang berkumpul setelah keluar ujian," katanya.
Dugaan kunci jawaban soal UN Matematika tersebut beredar dalam bentuk lembaran kertas yang berisi petunjuk pada soal nomor 1 sebagai pembeda tanda nomor paket ujian. Dugaan kunci jawaban UN itu tertulis dalam 20 bentuk varian yang berbeda.
"Ketika asisten saya menanyakan kepada siswa diperoleh dari mana, mereka (siswa) tidak mau menjawabnya," ujar Yunafri.
Pada hari pertama UN, Ombudsman Sumbar juga menerima laporan tentang peredaran dugaan kunci UN Bahasa Indonesia dari salah satu orang tua murid di MTs N Durian Taruang. "Dari pengakuan anaknya, itu (kunci jawaban) diperoleh di sekolahnya. Oleh orang tuanya dibawa ke sini dan dilaporkan kepada kita," katanya.
Atas laporan tersebut, Ombudsman Sumatera Barat akan berpijak kepada prosuderal dari Badan Standar Nasional Pendidikan untuk mengetahui kebenaran kunci jawaban UN yang beredar itu. Dalam hal ini harus ada koordinasi antara perguruan tinggi pembuat soal dengan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) serta pengawas.
"Akan dicocokkan kebenarannya. Jika kunci dan soal benar-benar cocok berarti ini valid dan ada pihak yang membocorkannya. Jika tidak bisa jadi dimanfaatkan untuk mencari keuntungan dengan menjual soal UN atau malah mengacaukan UN," katanya.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang Indang Dewata mengatakan peredaran kunci jawaban UN merupakan hal mustahil. "Distribusi soal dari Jakarta sangat ketat dan langsung masuk ke Polsek. Mustahil bisa bocor," katanya.
Ia menilai, kunci jawaban yang beredar di sekolah adalah palsu sebab soal yang diperoleh setiap peserta berbeda dalam satu ruangan. "Itu palsu. Jadi siswa jangan langsung percaya," katanya.