Jumat 09 May 2014 20:35 WIB

Teripang Menjadi Awal Pengikat Hubungan Australia-Indonesia

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Jauh sebelum bangsa Eropa datang dan menemukan Australia, kaum Aborigin di sebelah utara Australia telah melakukan hubungan dengan Indonesia. Di tahun 1700-an, para nelayan dari Makasar telah memiliki kontak dengan warga asli benua Australia ini.

Jika Anda berkunjung ke ibu kota Canberra, jangan lupa untuk datang ke Museum Nasional Australia. Disini Anda bisa menemukan jejak tentang hubungan awal benua Australia dengan Indonesia, dan kawasan Asia lainnya. 

 

Sebuah lukisan karya Mathaman Marika dari suku Rirratjinju yang diperkirakan dilukis pada tahun 1920 - 1970, menjadi bukti hubungan yang terjalin antara nelayan Makasar dan warga Aborigin. Lukisan ini dibuat Marika saat ia masih remaja ketika bertemu nelayan Makasar.

ABC: Erwin Renaldi
Nelayan pencari teripang dari Makasar berkunjung ke daratan Arnhem Land, Australia Utara, setiap musim dingin selama tahun 200 tahun sejak tahun 1700 hingga 1907, sebelum diberlakukan Kebijakan Kulit Putih atau White Policy di Australia.

“Mereka datang untuk mengambil teripang yang menjadi makanan yang pada saat itu sangat populer di kawasan Asia Tenggara,” ujar Dr Peter Thorley, yang kini menjabat sementara sebagai Kepala Program Aborigin di Museum Nasional Australia." “Para nelayan juga menjalin persahabatan dengan beberapa warga suku dan diantara mereka ada yang ikut ke Makasar dan tinggal disana,” tambahnya. Saat mereka berada di Makasar itulah mereka mencoba mendokumentasikan hubungan yang terjalin.

“Ini menjadi sangat menarik bagaimana warga Aborigin yang pergi ke Makasar menceritakan pengalamannya melalui lukisan yang dihiasi dengan unsur kebudayaannya.”

ABC: Erwin Renaldi
Dari catatan sejarah, nelayan Makasar memperkenalkan banyak hal terhadap warga Aborigin. Mulai dari tembakau, pipa untuk merokok, dan penggunaan kain ‘calico’.

Tak hanya itu, ada beberapa kata dari bahasa Indonesia yang hingga kini masih dipakai, seperti 'rrupiya', 'balanda', dan masih banyak lagi.

Nelayan Makasar pula yang memperkenalkan teknologi kepada suku Aborigin, seperti penggunaan pisau untuk memasak, kapak dan gergaji untuk membuat perahu besar, dan pahat kayu untuk melukis.

ABC: Erwin Renaldi
Sementara itu, nelayan Makasar dibantu dengan warga Aborigin untuk proses penangkapan, kemudian direbus, sebelum akhirnya dikeringkan. Ada kalanya juga nelayan membeli produk teripang ini dari warga Aborigin.

Biasanya di bulan April, para nelayan kembali ke Makasar. Mereka membawa teripang yang telah dikeringkan untuk kemudian dijual di Cina.

“Ini adalah cerita yang kebanyakan orang tidak terlalu tahu, tetapi sudah ada sejarah panjang soal hubungan global antara Australia dan Asia, khususnya melalui penjualan teripang,” ujar Dr Peter Thorley.

ABC: Erwin Renaldi
Sebagai sebuah museum, Museum Nasional Australia terus mencoba untuk mengangkat budaya Aborigin, sebagai sejarah tak terlupakan dari Australia.

“Kita berusaha untuk memasukan semua kisah dan suara yang berkaitan dengan Australia. Seperti halnya lukisan ini, kita jadi bisa mendengar cerita sejarah Aborigin yang dituangkan melalui suara dan pandangan mereka sendiri.”

Sementara untuk menarik perhatian generasi muda, Museum Nasional Australia pun memastikan bahwa anak-anak muda mau datang ke museum. Caranya dengan membuat semenarik mungkin, misalnya dengan memasukan unsur teknologi tekini dan penggunaan medium digital.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement