REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Mediator PBB untuk perdamaian Suriah Lakhdar Brahimi akan mengundurkan diri pada akhir Mei. Menurut laporan Alarabiya mengutip dari Al-Hadath, sumber-sumber dari diplomatik menyebutkan ia berencana untuk mengundurkan diri dan penggantinya kini tengah dicari.
Pengunduran diri Brahimi ini dinilai sebagai bentuk rasa frustasinya terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad yang akan menggelar pemilu pada Juni nanti. Sejumlah kandidat pengganti Brahimi pun kini mulai diperbincangkan, salah satunya adalah mantan Menteri Luar Negeri Tunisia Kamel Morjane.
“Nama mantan pejabat Tunisia ada di dalam daftar, tapi juga ada nama lainnya,” kata diplomat senior Barat. Sayangnya, tidak disebutkan siapa saja yang masuk dalam kandidat pengganti Brahimi.
Tak dirahasiakan lagi, selama lebih dari setahun Brahimi telah berniat untuk mengundurkan diri dari posisinya sebagai wakil PBB untuk Suriah. Setahun lalu, di New York Brahimi pun mengatakan setiap hari ia mempertimbangkan akan mengundurkan diri.
Brahimi akan berada di New York pada akhir pekan ini dan dijadwalkan akan bertemu dengan Sekjen PBB Ban Ki-moon pada Jumat. Diplomat Dewan Keamanan mengatakan ia akan bertemu dengan 15 anggota dewan keamanan pada 13 Mei untuk membicarakan gagalnya upaya mengakhiri perang saudara di Suriah yang telah memasuki tahun keempat.
Seorang diplomat senior Barat mengatakan ia berharap Brahimi akan menyatakan niat pengunduran dirinya ini selama mengunjungi New York. Pernyataan ini pun juga dibenarkan oleh diplomat senior lainnya. Sementara seorang pejabat senior PBB menyatakan keyakinannya bahwa Brahimi akan mengundurkan diri.
“Pengunduran diri (Brahimi) akan segera dilakukan,” kata pejabat tersebut. Seorang sumber diplomat lainnya mengatakan Brahimi sepertinya benar-benar akan mengundurkan diri jika pemilu masih tetap akan dilanjutkan. “Jadi menurut kami ia akan mengundurkan diri,” katanya.
Sedangkan, Juru bicara PBB Farhan Haq menolak untuk ikut berkomentar terkait pengunduran diri Brahimi. “Sekjen PBB sangat mengapresiasi upaya Lakhdar Brahimi untuk mengakhiri kekerasan di Suriah. Kami tidak berspekulasi terhadap masalah yang lebih pribadi,” tambahnya.
Brahimi telah menggelar negosiasi di Jenewa antara pemerintahan Assad dengan anggota oposisi selama dua kali. Namun, tak ada perkembangan dari pembicaraan yang dilakukan. Para diplomat dan pejabat PBB pun mengatakan Brahimi ingin melanjutkan proses pembicaraan Jenewa untuk mencari solusi mengakhiri perang Suriah, melakukan transisi politik dan memulai proses rekonsiliasi antara pendukung dan oposisi pemerintah Assad.
Pemilu Suriah yang diumumkan akan digelar pada 3 Juni mendatang ini menyebabkan Brahimi terpukul atas upaya-upayanya mengakhiri perang di Jenewa. Pasalnya, menurut para diplomat, pemilu ini digelar agar Assad dapat berkuasa lagi di Suriah.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan setelah pengumuman pemilu Suriah, Brahimi dan Ban telah memperingatkan bahwa pemilu yang digelar ditengah-tengah konflik dapat merusak proses politik dan menghalangi adanya solusi politik.
Pendahulu Brahimi, mantan Sekjen PBB Kofi Annan, juga mengundurkan diri karena frustasi pada Agustus 2012 lalu. Sama seperti Brahimi, ia mengeluhkan bahwa anggota Dewan Keamanan PBB tidak dapat bersatu meskipun ia telah menyerukan untuk mengakhiri kekerasan serta melakukan transisi politik secara damai.
Lebih dari 150 ribu orang telah tewas dalam perang Suriah dan sekitar 2.5 juta orang lainnya meninggalkan rumahn. Sekitar sembilan juta orang yang masih terjebak di Suriah pun membutuhkan bantuan. Rusia yang didukung oleh Cina telah mengeluarkan hak vetonya atas tiga resolusi untuk mengecam pemerintahan Assad, menjatuhkan sanksi, serta menuntut tanggung jawab atas kriminalitas perang.