Kamis 08 May 2014 15:25 WIB

Petani Sukabumi Keluhkan Kelangkaan Pupuk Urea

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Julkifli Marbun
Produksi pupuk urea di PT Pusri.
Foto: Republika/Maspril Aries
Produksi pupuk urea di PT Pusri.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI--Sejumlah petani di selatan Kabupaten Sukabumi mengeluhkan kelangkaan pupuk urea. Padahal, keberadaan pupuk sangat dibutuhkan para petani yang baru saja menanam padi atau palawija.

"Para petani kesulitan memperoleh pupuk," ujar Ketua Kelompok Tani Mulya Desa Rambay, Kecamatan Tegalbuleud H Ridwan (54 tahun) kepada wartawan, Kamis (8/5). Pasalnya, ketika akan membeli ke kios pengecer pupuk urea tidak tersedia atau kosong.

Alasannya kata Ridwan, pasokan pupuk dari distributor belum masuk. Kelangkaan ini terjadi di sejumlah kios pupuk di selatan Sukabumi.

Kondisi ini lanjut Ridwan, menyebabkan harga pupuk urea di pasaran naik. Saat ini harga pupuk urea bisa mencapai Rp 3.000 per kilogram. Padahal, harga pupuk urea seharusnya hanya Rp 1.800 per kilogram.

Kelangkaan pupuk ini ujar Ridwan, dikhawatirkan berpengaruh pada tanaman padi dan palawija para petani. Misalnya menyebabkan gagal panen (puso) atau produksi tanaman padi dan palawija yang tidak maksimal.

Ridwan menerangkan, para petani kini banyak yang menitipkan uang kepada kelompok tani untuk membeli pupuk. Jumlah pesanan pupuk urea telah mencapai sekitar satu ton.

"Namun, kami bingung mau membeli ke mana," ujar Ridwan. Sehingga ia berharap pemerintah bisa segera mengatasi kelangkaan pupuk urea ini.              

Kelangkaan pupuk juga dirasakan petani di Desa Ciwalat, Kecamatan Pabuaran. "Sudah satu bulan terakhir pupuk urea langka,"ujar Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rikrik Desa Ciwalat, Jamal (50).

Dikatakan dia, kelangkaan ini menyebabkan para petani kebingungan. Hal tersebut dikarenakan petani sangat membutuhkan pasokan pupuk.

Lebih lanjut Jamal mengungkapkan, di desanya ada sekitar 208 hektare areal pertanian yang ditanami. Dari jumlah itu terdapat sebanyak 130 hektare areal pertanian yang terlambat masa pemupukannya. Akibatnya, dikhawatirkan kan terjadi gagal panen.

"Kita bisa saja membeli pupuk di luar wilayah, namun hal ini melanggar aturan," imbuh Jamal. Oleh karena itu ia meminta pasokan pupuk ke daerah ditambah untuk memenuhi kebutuhan petani.               

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan (DPTP) Kabupaten Sukabumi Sudrajat mengatakan, pemkab sudah bergerak mengatasi kelangkaan pupuk ini. "Salah satunya berkoordinasi dengan produsen pupuk," ujar dia.

Menurut Sudrajat, kelangkaan ini dikarenakan kuota pupuk pada Mei ini tidak bisa memenuhi permintaan petani. Kuota yang tersedia sebanyak 2 ribu ton.

Sudrajat mengakui, kuota pada Mei hingga Juli menang tidak terlalu banyak. Hal ini dikarenakan ada prediksi musim kemarau yang menyebabkan petani tidak banyak yang menanam.

Namun sambung Sudrajat, pada kenyataannya para petani masih banyak yang menanam padi dan palawija. Kondisi ini disebabkan masih turunnya hujan di selatan Sukabumi.

Untuk mengatasi kelangkaan lanjut Sudrajat, pemkab akan merelokasi kuota pupuk pada November 2014 ditarik ke Mei dan Juni. "Surat untuk relokasi kuota sedang dibuat," ujar dia.

Sebenarnya terang Sudrajat, stok pupuk urea di gudang Pupuk Kujang cukup banyak mencapai 800 ton. Sementara pupuk NPK mencapai 46 ton.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement