REPUBLIKA.CO.ID, SORONG -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan, sarjana mendidik di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (SM-3T) dibutuhkan bukan hanya untuk mendidik maupun mengajar anak-anak di Papua maupun wilayah pelosok lainnya di Indonesia, namun mereka juga memperkenalkan Indonesia.
"Bisa dibayangkan banyak anak di wilayah terpencil tidak tahu simbol negara seperti apa, Indonesia seperti apa. Makanya dibutuhkan SM-3T yang mau mengajar di pelosok, mereka sama saja mengibarkan bendera merah putih di sana,"ujar Nuh di SD SMP Satu Atap Ninjemor, Distrik Moi Segen, Kabupaten Sorong, Kamis, (8/5).
Selain mengajarkan tentang NKRI, terang Nuh, para sarjana pendidik ini mengumpul data seperti apa kebutuhan kelas dia mengajar, kebutuhan BSM untuk siswanya hingga berapa. "Coba kalau mengirim surveyor banyak biayanya,"terangnya.
Para pendidik, ujar Nuh, juga memiliki fungsi menggerakkan anak-anak dan masyarakat perilaku hidup sehat dan bersih (PHBS). Supaya masyarakat lebih mengenal bagaimana hidup yang bersih dan sehat itu.
"Kami mengucapkan terima kasih atas pengabdian sarjana mendidik, ini sangat mengharukan dilihat dengan mata hati. Mengajar anak-anak di daerah terdepan, terluar, tertinggal sungguh tugas yang sangat mulia, kami ucapkan terima kasih setinggi-tingginya,"kata Nuh yang mengenakan baju batik.
Apa yang disampaikan para sarjana mendidik itu, terang Nuh, hanya sebagian kecil cerita dari pejuang-pejuang di dunia pendidikan. "Mereka sebenarnya bukan hanya pejuang di bidang pendidikan tapi juga di bidang kemanusiaan,"terangnya.
Mereka ini, ujar Nuh, jauh-jauh dari Makassar, Surabaya karena terpanggil untuk memberikan sentuhan pendidikan kepada saudara-saudaranya di daerah pelosok. Sikap juang seperti ini dibutuhkan untuk membangun NKRI.
Ini, lanjut Nuh, perlu dilakukan agar sodara-sodara yang tinggal di negara yang sama, memiliki presiden sama, kemerdekaan sama juga dapat menikmati layanan pendidikan. "Layanan pendidikan merupakan layanan paling mendasar bagi masa depan anak-anak bangsa," ujarnya.
Mendikbud Nuh sendiri sebelumnya disambut dengan tari-tarian khas Papua saat menapakkan kaki menuju SD SMP Satu Atap Ninjemor, Distrik Moi Segen, Kabupaten Sorong.
Anak-anak SD dan SMP Satu Atap terlihat ceria. Mereka mengenakan bawahan rumbia, sedangkan muka dan badannya dilukis khas Papua.
Baik anak laki-laki dan perempuan menarikan tarian sambutan dengan penuh semangat diiringi bunyi hentakan tifa untuk menyambut sang menteri.