REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Ekspor biji kopi asal Lampung ke negara Eropa dan Amerika pada triwulan I tahun 2014 dilaporkan anjlok hingga mencapai 35 persen.
Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Lampung, mencatat volume ekspor biji kopi Lampung merosot pada triwulan I 2014, yakni hanya mencapai 39.574 ton dibanding pada periode yang sama tahun lalu 61.059 ton.
Penurunan volume ekspor juga berpengaruh dengan nilai ekspor biji kopi. Pada triwulan I 2014, hanya mampu mencatat 73,987 juta dolar AS, sebelumnya para periode yang sama sebesar 123,796 juta dolar AS.
Wakil Ketua BPD AEKI Lampung, Muchtar Lutfi, mengatakan penurunan volume dan nilai ekspor biji kopi asal Lampung ke mancanegara dipengaruhi berbagai sebab. "Banyak sebab, sehingga harga biji kopi ditentukan oleh negara konsumen," kata Muchtar Lutfi, yang membidangi Kompartemen, Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan AEKI, Jumat (9/5).
Lutfi mengatakan ada empat hal yang memengaruhi volume dan nilai ekspor biji kopi robusta asal Lampung. Pertama, isu residu kimia carbaril. Isu ini pernah dilakukan Jepang yang mengembalikan ekspor kopi ke negara produsen.
Kedua, ekspor biji kopi asal Lampung pernah ditolak negara pengimpor Eropa, sehingga ada negara yang menyimpan kopi Indonesia dalam rentang waktu empat sampai enam bulan. "Kalau disimpan dalam waktu itu, jelas kualitas kopi kita dirijek," ujarnya.
Ketiga, soal sertifikasi, untuk perlindungan kesehatan konsumen, kesejahteraan petani, modifikasi rantai perdagangan baru yang mengarah oligopoli. Hal ini, kata Lutfi, belum ada jaminan sertifikasi tersebut dapat dinikmati petani, karena tidak berpengaruh terhadap harga yang lebih baik di tingkat petani kopi.
Dan keempat, harga biji kopi ekpor masih ditentukan pembeli (buyers market), yang justru sangat berperan dalam bursa kopi di London, Inggris. "Kita ini terbalik, justru konsumen yang menentukan harga, bukan produsen," ujar Lutfi.
Selain itu, menurunnya volume ekspor biji kopi asal Lampung, ia mengatakan karena faktor cuaca. Petani kopi menanam pada akhir tahun lalu, sehingga awal tahun berbunga lalu rontok karena hujan. Sehingga calon buah yang akan dipanen menurun drastis, karena biji kopi yang memenuhi syarat dipanen untuk diekspor.
Saat ini, harga biji kopi ekspor di pasar internasional pada triwulan I 2014 masih di bawah Rp 23 ribu per kilogram. AEKI terus berupaya agar harga kopi asal Indonesia khususnya kopi Lampung di pasar internasional di atas Rp 25 ribu per kilogram. "Persoalannya, harga biji kopi pasar internasional yang menentukan," ujarnya.