REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Jumat (9/5) pagi bergerak melemah delapan poin ke posisi Rp 11.570 dibandingkan sebelumnya Rp 11.562 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah kembali melemah setelah Bank Indonesia (BI) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi domestik menjadi 5,1-5,5 persen," kata Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada di Jakarta, Jumat (9/5).
Ia menambahkan bahwa pemangkasan proyeksi ekonomi domestik dari sebelumnya di 5,5-5,9 persen, menandakan bahwa inflasi diperkirakan masih tetap akan tinggi. Di sisi lain, lanjut dia, ban Indonesia yang mempertahankan tingkat suku bunga acuan (BI rate) di level 7,5 persen juga belum berdampak bagi laju mata uang rupiah.
"Tetapnya BI rate belum mampu menguatkan mata uang rupiah terhadap dolar AS. Umumnya, laju mata uang akan cenderung melemah terutama jika pelaku pasar tidak melihat adanya perubahan," katanya.
Analis Pasar Uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto menambahkan bahwa beberapa sentimen yang menahan pergerakan rupiah berada di area positif yakni terkait politik di Indonesia serta konflik di Ukraina. Ia mengemukakan bahwa terkait politik, pelaku pasar uang cenderung wait and see terhadap rekapitulasi Pemilu Legislatif oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan calon Presiden yang akan diajukan ke KPU
Sementara dari konflik di Ukraina, menurut dia, konflik yang berkepanjangan akan membuat pasar berisiko menjadi kurang diminati oleh investor global.