REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pembicaraan damai antara Israel dan Palestina kembali menemui jalan buntu. Seorang pejabat tinggi AS mengatakan pada Kamis (8/5) kedua pemimpin dari dua negara tersebut tidak ingin berkompromi lagi. Usaha sembilan bulan Menteri Luar Negeri AS John Kerry pun bagai kapas tertiup angin.
Utusan khusus AS, Martin Indyk menyalahkan kedua belah pihak atas mandeknya perjanjian damai tersebut. Meski demikian, ia tetap menyarankan pembicaraan terus diupayakan hingga berlanjut lagi pada akhirnya. "Hal ini tidak pernah berakhir di timur tengah,’’ kata Indyk dalam konferensi di Institut Washington untuk Kebijakan Daerah Timur, dikutip dari Reuters.
Isu yang menjadi inti penting perjanjian damai itu belum bisa diakhiri meskipun telah mengarungi masa hampir enam dekade. Konflik Israel-Palestina selalu berkutat di perbatasan, keamanan, status Yerusalem dan nasib para pengungsi Palestina di tanah caplokan Israel.
Menurut Indyk, kedua belah pihak telah menunjukan fleksibilitas terhadap negosiasi. "Namun mereka tidak merasa hal tersebut sebagai hal yang mendesak,’’ kata dia. Padahal nyatanya, tambah dia, kedua negara ini kehilangan kesempatan dan mengambil langkah yang salah hingga merusak proses perdamaian.