REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Seorang murid di Sydney mengajak masyarakat melakukan aksi pembebasan 300 siswi di Nigeria. Aksi murid ini selaras dengan aksi yang dilakukan pemimpin dunia yang mengutuk penculikan massal ratusan siswi di negara tersebut.
Jacinta Vine, 13 tahun, yang berasal dari Penrith, Sydney bagian barat, membuat kampanye online. Dalam aksinya, dia meminta Pemerintah Australia untuk menekan Nigeria agar mulai melakukan pencarian terhadap ratusan gadis malang tersebut.
Kelompok bersenjata, yang diyakini sebagai aktivis Islam garis keras ‘Boko Haram’, membuat onar di sekolah asrama para gadis tersebut pada 14 April lalu. Mereka emaksa para siswi untuk meninggalkan asrama menuju truk, yang membawa mereka ke hutan antah berantah.
Setelah insiden itu, pemimpin kelompok bersenjata tersebut telah mengunggah video yang berisi ungkapan kegembiraannya karena berhasil menculik para gadis. Mereka juga menyebut korban penculikan sebagai ‘budak’, dan mengutarakan niat untuk menjual ratusan siswi itu ke pasar lokal.
Kemarahan yang ditujukan pada respon lambat Pemerintah Nigeria telah memicu protes keras dari dalam dan luar negeri. Termasuk dari New York dimana lusinan orang Nigeria melakukan aksi yang menuntut pembebasan anak-anak malang itu.
Jacinta Vine meminta Pemerintah Federal Australia untuk melobi Dewan Keamanan PBB agar menindaklanjuti penculikan tersebut. Ia mengakui, upayanya untuk membuat petisi online di change.org dilatarbelakangi ketakutannya akan apa yang mungkin terjadi pada 300 gadis muda seusianya.
“Saya menempatkan diri di posisi mereka. Jika saya menjadi mereka, saya ingin ada seseorang yang bergerak membuat perubahan dan menolong untuk mencari saya dan teman-teman sekolah saya,” jelasnya, belum lama ini.
Petisi yang digagas Jacinta menuai banyak respon online.
Dalam 2 hari terakhir sejak 7 Mei, lebih dari 40 ribu orang menandatangani petisi tersebut dan lalu lintas dunia maya begitu padat dengan tulisan ber-tanda pagar #bringbackourgirls.
Gadis SMP ini sangat terharu dengan respon yang didapatnya.“Jika makin banyak orang Australia menandatangani petisinya. Maka pemerintah akan tahu bahwa orang Australia peduli akan upaya yang harus dilakukan,” tegas Jacinta.
Ibunda Jacinta, Sheryl Vine, mengatakan, ia sangat gembira melihat putrinya terlibat secara politik mengutuk penculikan itu.
“Saya sangat bangga terhadap Jacinta dan saya pikir usahanya masih membutuhkan jalan yang panjang. Dia adalah gadis cilik yang penuh semangat,” tutur Sheryl.
Ibunda Jacinta mengatakan, kasus penculikan ini mengguncang hati keluarga manapun di dunia.
“Menjadi ibu dan memiliki anak yang diambil dari keluarganya, saya pikir inilah yang membuat seorang ibu, seperti saya, dan anak muda, seperti Jacinta, berpikir bahwa kita harus menyuarakan penolakan kita,” imbuhnya.
Portal petisi online terbesar dunia, change.org, menunjukkan ketakjuban mereka akan respon yang besar terhadap petisi Jacinta.
“Saya selalu terpukau akan cara yang dilakukan kaum muda untuk membuat kampanye perubahan, di situs change.org,” ujar Direktur Wilayah Australia change.org, Karen Skinner.