REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara menuduh Pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan memalsukan hasil penyelidikan yang menyimpulkan Korut mengirim pesawat tanpa awak untuk memata-matai instalasi kunci Korea Selatan Maret lalu.
Seorang juru bicara militer Korut yang tidak disebutkan namanya mengeluarkan pernyataan yang menyerang Amerika Serikat. Dia mengatakan AS menciptakan sebuah konspirasi konfrontatif membabi buta untuk mendukung pemerintah Presiden Korea Selatan Park Geun-hye.
Pejabat tersebut bahkan menyebut Presiden Park sebagai 'pelacur politik'.
"Jika Amerika hanya memperhatikan apa yang dilakukan anteknya, ia tidak lebih dari seorang kakek pikun yang mencoba menenangkan seorang anak agar tidak menangis," ujar pejabat itu dalam pernyataan yang disiarkan kantor berita resmi KCNA, yang dikutip Reuters, Senin (12/5).
Juru bicara Departemen Pertahanan Korea Selatan Kim Min-seok sangat menyesalkan pernyataan Korut tersebut. Dia menyebut pernyataan tersebut rasis, tidak bermoral dan tidak dapat diterima.
"Korea Utara bukan negara yang nyata kan? Dia tidak memiliki hak asasi manusia atau kebebasan. Korut hanya ada dengan bergantung pada satu orang," kata Kim dalam sebuah pertemuan di Seoul.
Secara teknis kedua Korea masih dalam kondisi berperang setelah konflik 1950-1953 yang berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.
Pernyataan Korut itu merupakan yang terbaru dalam rangkaian serangan rasis terhadap Presiden Korea Selatan. Sebelumnya, Korut menyebut Presiden Park dengan 'seorang perempuan yang nyaman dengan posisinya'.
April lalu, Korut menggambarkan Presiden AS Barack Obama sebagai seorang mucikari bagi Park. Sebuah artikel bulan ini menyebut Obama sebagai 'monyet hitam yang jahat'. Departemen Luar Negeri AS menanggapi dengan menyebut pernyataan Korut itu menjijikkan.