Oleh: Syahruddin El-Fikri
Para pengarang sering mengungkapkan kepribadian Rasulullah SAW yang agung. Misalnya, Anta Syamsun Anta Badrun, Anta Nuurun fawqa Nuuri. (Engkau laksana matahari. Dan, Engkau adalah pahlawan Badar. Engkau bagaikan cahaya di atas cahaya).
Kata-kata seperti inilah yang membuat sebuah kalimat menjadi indah dan menakjubkan. Bahkan, dapat membuat pendengarnya kagum dan takjub.
Begitulah ayat-ayat Alquran. Keindahan bahasanya, keagungan isinya, dan kedalaman maknanya membuat banyak orang mengakui akan kebenaran dan kebesaran Penciptanya, Allah SWT.
Sesungguhnya, setiap kalimat umumnya tersusun seperti apa adanya. Namun, dengan memasukkan sastra atau balaghah ke dalamnya, susunan kata-kata itu akan menjadi indah karena adanya kata yang dibuang. Misalnya, dalam kalimat pendek seperti Anta Syamsun.
Kalimat ini, menurut beberapa ahli balaghah, aslinya tersusun dari kata Anta ka syamsi (engkau seperti matahari). Keduanya memiliki makna yang sama. Namun, kalimat pertama jauh lebih indah dibandingkan kalimat kedua.
Disinilah keindahan tata bahasa Arab. Karena itu, tak heran bila para pemuka Quraisy di zaman dahulu sangat pandai dan ahli dalam bermain kata-kata dan membuat syair. Syair-syair yang terbaik ditempelkan di dinding Ka'bah.
Ketika Alquran menantang para pemuka Quraisy ataupun penyair terhebat di dunia ini untuk menyusun atau membuat kalimat seindah Alquran, mereka tidak sanggup melakukannya.
Bahkan, ketika Musailamah al-Kazzab yang mengaku sebagai nabi palsu mencoba menandingi keindahan Alquran, ia malah tak sanggup membuatnya.
Sesungguhnya, ayat Alquran itu amatlah sempurna. Alquran menyimpan banyak khazanah ilmu pengetahuan yang sangat dalam. Ia juga bagaikan lautan ilmu yang tiada bertepi.