REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Lakhdar Brahimi mengundurkan diri sebagai penengah Liga Arab dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bagi Suriah. Setelah usaha-usaha internasional untuk menemukan solusi politik bagi perang saudara tiga tahun gagal.
"Saya pikir kami bisa memberikan (solusi) tapi karena perpecahan kami belum dapat membuat kemajuan untuk mengatasi konflik tiga tahun itu," kata Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Selasa (13/5).
Ban dan Brahimi muncul bersama untuk mengumumkan pengunduran itu yang mulai berlaku efektif pada akhir bulan ini.
Ban mengatakan dia telah menerima pengunduran itu "dengan sangat menyesal" dan mengatakan pengganti diplomat Aljazair dan perunding ulung itu belum dipilih.
Brahimi, yang akan bertemu kemudian untuk memberi taklimat kepada para utusan senior di Dewan Keamanan PBB yang beranggota 15 negara, mengatakan dia "sangat sedih ... meninggalkan Suriah dalam keadaan buruk."
"Kami disini untuk membantu mereka," kata Brahimi. "Saya mendesak mereka lagi untk memikirkan masa depan mereka ini negeri mereka, masa depan mereka."
Brahimi dipilih sebagai penengah internasional untuk konflik Suriah pada 17 Agustus 2012, menggantikan mantan Sekjen PBB Kofi Annan, yang juga gagal menyelenggarakan gencatan senjata.
Namun, Ban memuji Brahimi, dengan mangatakan ia telah menghadapi "hal-hal yang tak mungkin" tetapi "tetap dengan penuh kesabaran."
Ia menyalahkan pemerintah Suriah di bawah Presiden Bashar al-Assad dan oposisi atas kegagalan tersebut.
Brahimi, 80 tahun, berusaha mengajak dua pihak yang bertikai bertatap muka langsung untuk pertama kali awal tahun ini di Jenewa. Namun, perundingan gagal di babak kedua.