REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Munculnya dua tulisan opini berjudul ‘Revolusi Mental’ di media nasional berbeda pada Sabtu (10/5) lalu mengundang reaksi, Meski punya judul dan tanggal pemuatan yang sama, namun nama penulisnya tidaklah mengacu pada satu orang.
Tulisan pertama dipublikasikan oleh Harian Kompas dengan nama Joko Widodo alias Jokowi, Gubernur DKI Jakarta yang juga capres dari PDI Perjuangan. Sementara, tulisan yang satunya lagi dimuat di Koran Sindo atas nama Benny Susetyo atau biasa disapa Romo Benny. Ia adalah Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayan (HAK) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).
Fungsionaris Partai Golkar Indra J Piliang yang menulis opini tentang kritiknya terhadap ide 'Revolusi Mental' yang digulirkan Jokowi pun enggan mengirim artikel ke surat kabar. Lewat akun twitter yang beralamat di @IndraJPiliang, Indra mengungkapkan, "Artikel tdk sayah kirim ke Kompas, khawatir bernasib spt Romo Benny yg kirim tlsn 2 minggu, baru dimuat Sindo di hari yg sama dg Jokowi".
Indra menulis artikel di blognya yang beralamat di indrapiliang.com. Tokoh muda Partai Golkar ini mengkritisi artikel 'Revolusi Mental' Jokowi di Harian Kompas karena menganggap semua kebudayaan buruk lahir dari orde baru. Sementara, kebobrokan orde lama di era Presiden Soekarno tak diekspos. Hanya, Indra memutuskan tak mengirim artikelnya ke media massa karena kasus artikel berjudul sama Jokowi dan Romo Benny.
Meski secara redaksional dua isi tulisan 'Revolusi Mental' tidak sama persis, namun substansinya sebenarnya sama saja. Topik yang dipaparkan berkutat pada ‘kegalauan’ atau kegelisahan penulisnya atas kondisi Indoensia saat ini yang dianggap tidak sesuai dengan cita-cita kemerdekaan yang diharapkan para pendiri bangsa. Inti pesan yang disampaikan oleh dua tulisan ini pun cuma satu, yaitu revolusi mental diperlukan! Sesuai judulnya.
Meskipun demikian, poin paling mencolok yang membuat dua artikel di atas menjadi sedikit berbeda terletak pada sumber inspirasinya. Pada tulisan Jokowi, revolusi mental dikaitkan dengan konsep Trisakti Bung Karno. Sementara, pada tulisan Romo Benny, gagasan revolusi mentalnya diilhami oleh pemikiran Romo Mangun.
Terlepas apa dan siapa yang menjadi sumber inspirasinya, namun dimuatnya dua tulisan berjudul sama (dengan substansi serupa pula) pada hari yang berbarengan, tak pelak mengundang banyak pertanyaan dari sejumlah kalangan. Apakah momen semacam ini hanya kebetulan? Siapa yang ‘plagiat’ judul? Apakah Jokowi memang benar-benar punya gagasan orisinal soal revolusi mental?
Jokowi sendiri telah mengakui jika artikel yang mengatasnamakan dirinya di harian Kompas itu sebenarnya dibuat oleh tim penulisnya. “Saya cuma membuat struktur dan poin-poinnya, kemudian kita rembug dalam tim, baru kita buat (tulisannya),” aku Jokowi.