REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan, Rabu (14/5) mengatakan jumlah korban jiwa akibat kecelakaan tambang batu bara Turki pada Selasa telah naik jadi 238 jiwa.
Di dalam pernyataan di lokasi kecelakaan di Provinsi Manisa, Turki Barat, tempat 120 orang lagi masih terjebak di bawah tanah, Erdogan berikrar upaya pertolongan akan dilanjutkan dan pemerintah akan menyelidiki kecelakaan tersebut secara menyeluruh.
Janji itu disampaikan Erdogan di tengah protes anti-pemerintah di Instabul, Ankara, Izmir, Antalya dan kota besar lain sehubungan dengan kecelakaan tambang paling akhir itu. Pemrotes menuntut pengunduran diri Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang memerintah.
Lebih dari 500 orang berkumpul di luar Markas Soma Holding di Istanbul sekitar Rabu sore. ''Di Ibu Kota Turki, Ankara, polisi anti-huru-hara menembakkan gas air mata dan menyemprotkan air ke arah ratusan mahasiswa yang melancarkan protes dan berusaha berpawai ke Kementerian Energi,'' kata harian Hurriyet.
Serikat Pekerja mengumumkan pemogokan umum di seluruh negeri tersebut pada Kamis.
"Tak ada kelalaian dalam operasi pertolongan yang akan ditolerir dan tak seorang pun akan diperkenankan mengeksplotasi keadaan," kata Erdogan sebagaimana dikutip Xinhua yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi.
Ia mendesak rakyat agar hanya mempercayai keterangan pemerintah dan bukan yang dikeluarkan oleh "kaum oportunis".
Ia menekankan Tambang Soma dipandang sebagai salah satu tambang paling aman di Turki meskipun ada kecelakaan itu.
"Sayangnya, kecelakaan tambang semacam ini tak terelakkan terjadi di mana-mana di dunia," kata Erdogan. "Namun, besarnya kecelakaan ini telah melukai kita dengan sangat mendalam."