REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Sejumlah pengungsi muda asal Afrika membentuk grup musik hiphop di Australia, Afri Boyz. Uniknya, salah satu anggotanya merupakan korban dan harus melarikan diri dari peperangan di Kongo.
Mereka yang tergabung dalam Afri Boyz menyukai musik hiphop, bernyanyi dan bermain drum. Selain itu, kesamaan antara mereka adalah semuanya berasal dari Afrika.
Dalam Afri Boyz, ada juga kakak beradi Arsene dan Juslin. "Di Afrika, kita bernyanyi di paduan suara dan bermain drum di gereja," jelas Juslin.
Keduanya tiba di Australia sebagai pengungsi pada tahun 2009. Mereka melarikan diri dari perang yang terjadi di negara asal mereka, Kongo.
Kemudian, mereka harus menunggu selama tujuh tahun di kamp pengungsi di Uganda. "Ayah saya terbunuh di sana [Kongo], jadi kita harus pindah ke negara lain..mereka menempatkan kami di kamp pengungsi," jelasnya.
Juslin mengatakan, "Menunggu selama tujuh tahun adalah tragedi, karena dalam waktu itu Ibu saya meninggal. Kami enam bersaudara dan ayah tiri saya tak bekerja waktu itu. Jadi kami harus mencari cara untuk hidup."
Arslene dan Juslin awalnya tinggal di Sydney di Australia, kemudian setahun lalu mereka pindah ke Mildura, yang terletak di negara bagian Victoria.
Menurut mereka, tinggal di Mildura membantu mereka fokus dalam membuat musik, karena di Sydney ada terlalu banyak pesta dan hal-hal lain yang menyita perhatian.