REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO-- Universitas Al-Azahar Mesir memuturkan untuk meliburkan seluruh perkuliahan selama pemilihan presiden berlangsung. Dewan Universitas berharap kebijakan ini bisa meredam aksi-aksi demonstrasi selama pemilu dan mengurangi aksi kekerasan.
"Semua ujian juga dibekukan, asrama kita evakuasi, dan para pegawai harus libur," kata Rektor Universitas Al-Azhar, Usamah El-Abd, seperti dikutip Ahram, Kamis (15/5).
Keputusan ini dibuat untuk menghindari keributan dan amuk masa di seputaran kampus. Usamah mengatakan pihaknya juga meningkatkan keamanan kampus dengan menambah personel seperti di depan kampus.
Tujuannya, kata dia, agar pemilihan presiden yang berlangsung mulai 20 Mei hingga 30 Mei mendatang itu bisa berjalan lancar. Al-Azhar berharap pemilu ini bisa diterima masyarakat Mesir dan negeri itu mampu membangun kembali.
Sejak kejatuhan Presiden Muhammad Mursi, Al-Azhar menjadi hub-demonstrasi para mahasiswa. Ini sudah dimulai sejak September tahun lalu.
Bentrokan antara mahasiswa dan petugas keamanan kerap terjadi di sini. Sejumlah mahasiswa meninggal akibat keributan yang tidak seimbang itu di mana petugas keamanan menggunakan senjata mematikan.
Pada Februari lalu, pemerintahan sementara Mesir menerbitkan dekrit yang menyetujui militer memasuki kampus untuk meredakan aksi demo mahasiswa. Militer juga memiliki hak untuk menangkap mahasiswa-mahasiswa yang dianggap berbahaya.
Dua kandidat presiden Mesir bertempur pada pemilu ini, yakni mantan panglima tentara Mesir Jenderal Abdel Fattah El-Sisi dan Hamdeen Sabahi, pemimpin kiri Mesir. El-Sisi dengan jargonnya memberangus Mesir, menolak kebebasan pers, dan memperkuat Mesir, menjadi kandidat paling berpeluang dalam pemilu ini.