Kamis 15 May 2014 20:23 WIB

Islam di Negeri Himalaya Memperjuangkan Hak (1)

Muslim Nepal.
Foto: blogspot.com
Muslim Nepal.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Fuji pratiwi

Islam di Nepal memiliki sejarah yang panjang.

Saat membuka peta Asia Selatan dan melihat Nepal, yang terlintas tampaknya kuil-kuil Hindu dan candi-candi Buddha. Hanya sedikit orang yang mengetahui ternyata Nepal memiliki sedikit komunitas Muslim.

Lebih dari seperempat wilayah Nepal merupakan dataran tinggi di atas ketinggian 3.000 meter. Sepuluh puncak gunung tertinggi dunia bisa dijumpai di sana, puncak Everest salah satunya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Nepal yang dilansir www.irinnews.org, populasi Muslim Nepal sekira 4,2 persen dari total populasi 30 juta jiwa. Muslim di Nepal menyebar dari Tarai, dataran selatan yang berbatasan dengan India.

Saat ini, ada sekitar 24 distrik yang didominasi umat Islam. Cukup mudah membedakan umat Islam dari umat lainnya di Nepal, lihat saja dari namanya.

Sejak runtuhya era monarki dan beralihnya Nepal menjadi republik pada 2008, Islam sudah diakui sebagai salah satu agama resmi di Nepal.

Namun, sebagai minoritas, tak ada libur nasional untuk hari besar Islam. Mereka hanya menikmati libur nasional, pada hari besar keagamaan Hindu atau Buddha. Muslim Nepal terus memperjuangkan hak libur nasional, terutama Idul Fitri dan Idul Adha. 

Selain itu, tak semua sekolah pemerintah juga menerima pelajar Muslim. Anak-anak Muslim di Nepal banyak yang belajar di pesantren atau sekolah agama yang mayoritas dijalankan oleh warga Muslim keturunan India.

Pedagang

Islam di Nepal memiliki jejak sejarah yang panjang. Dalam Nepali Times, 2004, keberadaan Muslim di Nepal berawal pada akhir 1400-an di era Raja Ratna Malla. Mereka, yakni pedagang dari Kashmir, Afghanistan, dan Irak.

Pada 1524 Raja Malia sengaja mengundang tentara Muslim India dan Aghanistan untuk melatih tentara Kerajaan Nepal menggunakan senjata.

Raja Malla bahkan mengirim utusan kepada Muslim Kashmir di Lhasa untuk datang ke Kathmandu guna membuka pasar perdagangan tekstil, karpet, syal, dan barang-barang berbahan wol lainnya.

Muslim gelombang pertama yang datang ke Kathmandu ini tak hanya diramaikan kelompok pedagang. Ikut serta bersama mereka para ulama.

Tahun itu juga dibangun masjid pertama di Nepal, Kashmiri Taquia yang kini berada di dekat perguruan tinggi ternama Nepal, Tri Chandra.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement